Gempa bumi berkekuatan 6,9 magnitudo mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa dinihari (25/4). Sebagaimana dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dampak gempa tersebut menimbulkan tsunami yang teramati setinggi 11 cm. Gempa disusul tsunami kecil ini terjang pesisir Sumatera, salah satunya Nias Selatan, Sumatera Utara.
Gempa itu pertama kali dilaporkan terjadi pukul 03.00 WIB, berlokasi di 177 km barat laut Kepulauan Mentawai, pada kedalaman 84 km.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Mentawai M 6,9. Ini BERPOTENSI TSUNAMI. Daerah yang berpotensi terdampak tsunami dengan status waspada di Nias Selatan, Pulau Tanabala. Berdasarkan hasil pengamatan tinggi muka laut, tercatat ketinggian tsunami di Tanah Bala dgn ketinggian 11 cm,” demikian cuit Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di akun Twitternya.
Dilansir Detik, Guncangan yang terasa cukup lama membuat warga panik berhamburan ke luar rumah. BMKG mencatat adanya 8 (delapan) aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 4,6.
Kekuatan gempa disusul tsunami kecil di Mentawai itu telah diperbarui menjadi magnitudo 6,9, setelah sebelumnya tercatat pada magnitudo 7,3. Daryono mengungkapkan bahwa gempa Mentawai merupakan megathrust event. Gempa bumi ini juga memiliki mekanisme patahan naik.
Getaran akibat gempa dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Siberut, Mentawai, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Padang Gunung Sitoli, Padang Panjang, Pesisir Selatan, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, Solok, Bukittinggi, Padang Sidempuan, Labuhan Batu.
BMKG mengimbau waspada untuk wilayah Pulau Tanabala, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Waktu tiba gelombang dapat berbeda. Gelombang yang pertama bisa saja bukan yang terbesar.
Di samping itu, Daryono mengingatkan catatan sejarah getaran gempa serupa di megathrust segmen Mentawai-Siberut. Dia menyebut, hampir 500 tahun yang lalu, tepatnya pada 10 Februari 1797, terjadi gempa besar di lokasi yang sama berkekuatan magnitudo 8,5. Akibat gempa ini, terjadi tsunami yang turut menewaskan lebih dari 300 orang.
Daryono menekankan, artinya, sudah hampir 500 tahun di zona tersebut tidak terjadi gempa besar. “Sehingga wajar kalau zona ini menjadi perhatian para ahli, dan harapan kita gempa bumi terjadi signifikan, tetapi tidak destruktif dan tidak menimbulkan tsunami seperti ini,” tuturnya.