Baru-baru ini publik dihebohkan oleh kabar Deddy Corbuzier yang mengkonfirmasi dirinya telah tekena Covid-19 dan sempat mengalami badai sitokin yang hampir merenggut nyawanya. Mengenai hal tersebut apa yang disebut dengan badai sitokin? Bagaimana gejala dari penyakit badai sitokin?
Sitokin berasal dari bahasa Yunani dengan Cyto yang berarti sel dan Kinos yang artinya gerakan. Jadi, sitokin merupakan protein yang dilepaskan banyak sel berbeda dalam tubuh, termasuk pada sistem kekebalan yang bekerja sama dalam merespon tubuh untuk melawan infeksi dan memicu terjadinya peradangan.
Badai sitokin ini bisa terjadi karena adanya peningkatan kadar protein di dalam tubuh pasien Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi parah. Karena reaksi berlebihan inilah bisa menyebabkan kematian.
Menurut penemuan dari Ilmuwan Inggris, tercatat bahwa rata-rata pasien Covid-19 yang meninggal dunia diakibatkan karena kadar sitokin yang meningkat hingga hampir 10 kali lebih tinggi di dalam tubuhnya.
Sebelum pasien dalam kondisi parah, sebenarnya peningkatan pada protein membantu guna mengidentifikasi beberapa indikator peradangan dalam darah yang meningkat pada tahap awal Covid-19.
Gejala Badai Sitokin
Adapun beberapa gejala badai sitokin yang dialami pasien Covid-19 yang harus diwaspadai di antaranya seperti kedinginan atau menggigil, kelelahan tanpa sebab pembengkakan tungkai, merasa mual dan muntah, nyeri persendian, sakit kepala, munculnya ruam, batuk dan napas yang cepat akibat adanya gangguan di paru-paru, dan kejang.
Di sisi lain, menurut Penanggung Jawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariade Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH memaparkan bagaimana awal proses badai sitokin ini terjadi saat merespon sistem kekebalan tubuh.
Dalam pemaparannya ia mengatakan saat virus SARS-CoV2 masuk ke dalam tubuh, sel darah putih langsung merespon dengan memproduksi sitokin yang berfungsi untuk melindungi jaringan paru-paru. Kemudian sitokin ini bergerak mengarah pada jaringan yang terinfeksi tersebut dan berikatan dengan reseptor sel itu untuk menyebabkan reaksi peradangan.
Pada dasarnya sitokin sebenarnya berfungsi hanya sebentar akan berhenti saat respon kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi. Namun hal ini berbeda apabila telah terkena badai soitokin. Jika sudah terang badai sitokin, maka sitokin akan terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel yang tadinya bertujuan untuk kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Akibat dari badai sitokin ini bisa menyebabkan peradangan parah di paru-paru karena sistem kekebalan tubuh tersebut yang berusaha keras untuk membunuh virus. Selama peradangan juga akan mempengaruhi terhadap imunitas tubuh. Sistem imun akan melepaskan molekul yang bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Oleh karena itu, badai sitokin ini diperlukan penanganan yang tepat. Jika tanpa penanganan yang tepat, maka akan berakibat pada fungsi paru-paru pasien yang dapat menurun hingga membuat pasien kesulitan bernapas.
Bagaimana cara mengobati badai sitokin ini?
Cara penanganan badai sitokin ini bisa dengan obat Tocilizumab dan Sarilumab yang telah digunakan pada uji klinis pasien Covid-19. Bukan Cuma itu saja, bisa pengobatan jjuga bisa dengan memberikan vitamin C, karena bersifat antioksidan yang berfungsi untuk mengurangi keparahan badai sitokin.
Selain itu, badai sitokin ini tergantung pada sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan virus. Jika memiliki daya tahan tubuh yang kuat, maka virus yang masuk akan bisa dilakahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.