Belakangan ini Indonesia sedang gencar-gencarnya fokus dalam proses pembangunan smelter nikel. Sayangnya, di tengah semangat membangun smelter, dikabarkan cadangan nikel di Indonesia makin kritis, Sob.
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Djoko Widajatno mengatakan, ke depannya akan ada 132 smelter nikel yang bakal dibangun di Indonesia.
Belum lagi, sebanyak 22 smelter akan ditambahkan pada 2025 mendatang. Nantinya ratusan smelter tersebut bakal digunakan untuk memproduksi nikel dengan jumlah bisa menembus 500 juta ton nikel per tahun.
Karena jumlah smelter yang semakin bertambah, Djoko Widajatno meminta kepada pemerintah supaya berpikir kembali tentang pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian untuk nikel. Terutama pada jenis smelter penghasil Nikel Pig Iron (NPI dan Fero Nikel (FeNi).
Permintaan pembatasan pembangunan smelter nikel baru ini sebagaimana bentuk upaya mempertahankan cadangan bijih nikel di Tanah Air. Kalau nggak dibatasi bisa-bisa umur cadangan bijih nikel Indonesia hanya bertahan dari 5 sampai 7 tahun lagi.
Di samping itu, Anggota Komisi 7 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), Mulyanto sependapat bahwa Indonesia harus menghemat persediaan nikel. Terkurasnya nikel dalam negeri ini disebabkan oleh produksi besar-besaran mensuplai ke smelter yang dinilai sudah terlalu banyak.
Dia juga mengatakan, pemerintah lamban mengatasi persoalan tersebut. Dirinya menilai 7 tahun adalah waktu yang sebentar untuk ukuran umur cadangan nikel Indonesia yang semakin kritis.
“Menurut kami pemerintah lamban, ya, nggak serius menangani persoalan ini. Menurut kami sudah lama di DOR bahan ini, kami sudah rekomendasikan untuk segera menghentikan yang namanya smelter tipe 1, yang maksudnya memproduksi hilisasi tipe 1 nikel pig on feronikel, dsb,” tuturnya.
Oleh karena itu Djoko Widajatno selaku Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) berharap, Indonesia bisa membangun industri berkelanjutan dari nikel. Walaupun permasalahan pembangunan industri lanjutan yang membutuhkan waktu hingga 4 tahun.
“Jadi harapannya membangun industri hilirisasi selesai, tapi industri berikutnya kita siapkan. Mudah-mudahan selesai dan masih kebagian bahan baku harapannya, gitu. Karena bangun industri kan 3 tahun 4 tahun. Nah, kalau 7 tahun kan cuma 2 kali umur bahan yang ada kan,” ungkapnya.