Sudah nggak asing lagi dengan nasi bungkus, bukan? Nasi bungkus adalah nasi yang dilapisi dengan daun pisang atau kertas minyak di bagian luar. Singkatnya, makanan nasi bungkus sudah menjadi bagian dari cara orang Indonesia dalam menikmati hidangan kuliner.
Sifat nasi bungkus ini adalah universal. Artinya, apapun lauk-pauknya seperti nasi ayam, nasi rendang, nasi telur, nasi ikan hingga nasi kucing di Yogyakarta pun disajikan menggunakan daun pisang atau saat ini lebih sering memakai kertas minyak untuk membungkus.
Nah, tahukah Sobat, kini konsep nasi bungkus telah dibawa ke kancah internasional oleh seorang pakar kuliner kenamaan Indonesia, William Wongso. Dia membawa ciri khas makanan nasi bungkus ke kancah dunia sebagai bagian dari gastrodiplomasi kuliner.
Apa itu Gastrodiplomasi?
Gastrodiplomasi merupakan diplomasi antarnegara yang dilakukan menggunakan makanan atau tata boga. Lewat jalur gastrodiplomasi, Wiliam Wongso memperkenalkan nasi bungkus kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia punya kekayaan kuliner yang luar biasa.
Walaupun saat ini sedang dilakukan usaha gastrodiplomasi ke luar negeri, William tetap nggak mengubah nama nasi bungkus menjadi ke dalam bahasa Inggris. Menurutnya, nama nasi bungkus menjadi identitas makanan Indonesia yang dijual di negara lain.
Bagi William, kuliner termasuk poin ketertarikan wisata. Oleh karena itu, menurutnya, perlu dibentuk culinary tourism atau wisata gastrodiplomasi serta ekosistemnya agar dalam mengembangkan wisata kuliner lebih terorganisir.
Jadi, nasi bungkus diibaratkan menjadi sebuah umpan agar kuliner Indonesia dapat terus bertumbuh dan diminati oleh wisatawan luar yang datang ke Indonesia untuk menjajal makanan lokal.
Salah satu cara dalam memperkenalkan nasi bungkus versi William adalah dengan membuka usaha “Nasi Bungkus” di dua kota besar di Australia, yaitu Sydney dan Melbourne. Usaha Nasi Bungkus William diisi oleh dua jenis sayur, dua jenis lauk, dua jenis protein, dan satu bungkus nasi.
Gastrodiplomasi Senjata Diplomasi dalam Kuliner
Taman Ismail Marzuki sebagai salah satu pusat kesenian nasional melalui Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mendukung ide tersebut yang dituturkan dalam pidato kebudayaan yang berlangsung setiap 10 November.
Humas DKJ Fransiskus Sena menilai upaya William untuk memperkenalkan kuliner Indonesia, khususnya nasi bungkus, lewat jalur gastrodiplomasi sebagai senjata diplomasi kebudayaan.
Sena mengatakan, selain menampilkan rasa otentik makanan Indonesia di kancah internasional, kehadiran nasi bungkus di luar negeri bisa menumbuhkan rasa nostalgia bagi WNI yang tinggal di negara lain. So, siap-siap, nih, kayaknya giliran nasi bungkus yang bakal mendunia.