Mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, jika proses transisi energi membutuhkan waktu dan keterlibatan semua stakeholder. Selain itu, untuk menuju pemanfaatan energi baru terbarukan secara optimal, pada fase transisi energi, peran gas bumi menjadi sangat strategis.
Hal ini ia ungkapkan dalam diskusi energi dan bedah buku “Public Interest in Energy Sector“ karya Arcandra Tahar (eks-Wamen ESDM) pada Rabu (5/7) malam di Jakarta. Dalam diskusi tersebut, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan jika gas bumi akan menjadi bagian penting pada fase transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT).
Ia menilai, Indonesia memiliki cadangan yang cukup di Masela, Indonesia Deep Water, Natuna dan juga beberapa yang sudah produksi seperti Tangguh yang sudah masuk train III.
Pernyataan yang sama pun diungkapkan oleh Arcandra Tahar yang telah ia tulis dalam bukunya. Di mana dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun ke depan merupakan transisi yang sangat penting untuk dipersiapkan.
Arcandra juga menjelaskan jika, gas bumi memiliki harga yang cukup kompetitif dibandingkan dengan energi fosil lainnya.
Di sisi lain dalam acara yang sama, Menteri ESDM saat ini Arifin Tasrif pun mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini sedang menekan pemanfaatan energi di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kita masih punya potensi besar kalau dilihat dari 2,4 bilion barel yang masih bisa kita bor, masih ada 45 TCF dan di luar itu ada banyak daerah yang sekarang secara intens melakukan eksplorasi,” ujar Arifin Tasrif.
Sekedar informasi saja, dalam acara peluncuran buku karya Arcandra Tahar tersebut, dihadiri oleh berbagai tokoh nasional (termasuk menteri) dan pelaku sektor energi. Dari tamu undangan yang hadir pun banyak yang menyampaikan masukan dan langkah besar untuk memajukan sektor industri energi baru terbarukan.
Selain Menteri ESDM, Arifin Tasrif, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan jika saat ini 60% sumber energi listrik PLN berasal dari PLTU yang menggunakan batubara. Namun, PLN akan terus meningkatkan penggunaan sumber energi baru terbarukan yang harga per KWh-nya semakin menurun.
“Dulu dalam beberapa kali lelang harga listrik dari angina yang sebelumnya mencapai US$12,5 per KWh, saat ini sudah sekitar US$5,5 cent per KWh. Begitu juga dengan sumber energi dari sinar matahari (solar) dalam lelang terakhir sudah di harga USD2,5 cent per KWh,” terang Darmawan Prasodjo.
Diharapkan dengan adanya diskusi dalam acara peluncuran buku “Public Interest in Energy Sector“, pemerintah Indonesia dapat mewujudkan ketahanan energi nasional dan merealisasikan target net zero emission di tahun 2060 mendatang.