Gamelan Bali ditampilkan sebagai musik di video game terbaru PlayStation 5 (PS5) yang berjudul Kena: Bridge of Spirits.
Setelah resmi dipakai sebagai musik pengiring dalam video game Kena: Bridge of Spirits buatan Ember Lab, gamelan Bali akan semakin dikenal oleh masyarakat internasional.
Game yang dibuat oleh Sony Interactive Entertainment tersebut bisa dimainkan di PlayStation 5 (PS5) pada Agustus 2021 mendatang.
Iringan musik menggunakan gamelan Bali tersebut diciptakan oleh seniman Bali bernama Dewa Putu Berata bersama Sanggar Seni Cudamani dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Dewa Putu Berata mengungkapkan, komposer Jason Gallaty lah yang menggagas ide tersebut.
“(Komposer) Jason Gallaty mempunyai ide untuk memasukkan unsur-unsur instrumen gamelan natural,” ucap Dewa Berata di Sanggar Seni Cudamani, Ubud, Sabtu (26/6/2021).
Menurut Dewa Berata, pada awalnya Jason Gallaty menemukan gamelan jagog dari Bali barat melalui kanal YouTube. Lalu di Amerika Jason mencari group musik Bali. Dari sanalah Janson menemukan grup Gamelan Sekar Jaya yang berada di AS.
“Saya tertarik untuk bertanya tentang gamelan, karena kita mau buat musik untuk game,” tutur Dewa Berata menirukan perkataan dari Jason Gallaty.
Dewa Berata merupakan music director di Gamelan Sekar Jaya. Ia lalu menggarap musik game Kena: Bridge of Spirits ini bersama Sanggar Seni Cudamani yang didirikannya.
Sebagai proyek pertamanya dalam mengisi musik video game, Dewa Berata berkeinginan agar musik gamelan tersebut original berasal dari Bali. Begitu pula dengan Jason Gallaty yang menginginkan hal serupa.
Selain itu, di Amerika Serikat, grup Sekar Jaya sangat sulit dalam mengatur waktu karena sudah mempunyai program sendiri. Mereka hampir setiap hari latihan dengan gruop yang berbeda-beda.
Teknik dan penguasaan rasa juga turut menjadi pertimbangan Dewa Berata dalam menggarap proyek bersama Sanggar Seni Cudamani. Menurutnya, karena sudah lama berkecimpung dalam dunia tersebut, orang di Sanggar Seni Cudamani sudah memiliki rasa yang klop dengan gamelan.
“Kalau di sini di Cudamani, kita perlu rekam besok, sekarang harus selesai sebuah lagu atau dua buah lagu (bisa dilakukan). Kita latihan empat jam untuk dua buah lagu, dia (peserta) sudah bisa kuasai karena dia punya rasa,” jelasnya.
Hal itu berbeda dengan kelompok gamelan yang ada di Amerika, mereka masih perlu belajar teknik atau dasar gamelan. Apalagi sering ada orang baru yang bergabung dan belum mempunyai teknik yang bagus sehingga kemampuan tim tidak merata.
“Challenge-nya besar di sana. Dan saya kira Jason (Gallaty) tahu itu. Dia kan ingin kalau gamelan Bali ya orang Bali, sebisa mungkin,” jelas Dewa Berata.
Komposer dari game Kena: Bridge of Spirits, Jason Gallaty menurut Dewa Berata mempunyai pandangan yang bagus terhadap gamelan Bali. Ia enggan memakai gamelan Bali begitu saja untuk pembuatan video game tersebut.
“Tentu dia gampang mencomot, tapi dia tidak ingin. Karena dia takut juga apakah boleh dipakai, apakah tidak. Dia tahu sedikit gamelan Bali itu mempunyai fungsi masing-masing. ‘Nanti kalau saya ambil (sembarangan) bermasalah dengan yang dari Bali’. Memalukan atau bagaimana, nanti bisa dituntut,” paparnya.
Trailer video game Kena: Bridge of Spirits sudah tayang da dapat ditonton di kanal YoutTube milik PlayStasion.