Sebagai bentuk upaya agar lebih meningkatkan kualitas produk, para pelaku industri tekstil di Tanah Air berkomitmen pada beberapa hal. Fokus utama di industri tekstil tersebut diupayakan oleh pelaku bisnis tekstil agar lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan ke depannya.
Mengenai ini, menurut Redma Gita Wirawasta selaku Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) ada 3 hal yang menjadi fokus utama dalam menjalankan komitmen di industri tekstil tersebut. Apa saja kira-kira?
1. Konsep Green Product dan Green Industry
Maksudnya dari Konsep Green Product dan Green Industry ini adalah di mana produk bisnis dirancang lebih ramah lingkungan. Caranya seperti melalui proses recycle, pengurangan penggunaan bahan-bahan B3, air, dan listrik.
Namun, untuk bentuk upaya satu ini sejauh ini hanya masih berlaku untuk bahan pre-use. Adapun barang-barang yang disebut pre-use ini diantaranya seperti sisa benang, serat, ataupun kain di pabrik. Diketahui untuk rencana ke depan nanti recycle juga akan berlaku untuk baju bekas.
“Jadi, semua upaya dan teknologi di industri akan diarahkan ke sana,” kata Redma pada Kamis (11/8/2022).
2. Pengembangan Produk
Bila dilihat hingga sejauh ini, industri tekstil dalam negeri terfokus pada produk fesyen. Akan tetapi Redma menjamin bahwa kedepannya sektor ini akan lebih banyak menggunakan pengembangan untuk produk rumah tangga, medikal, produk otomotif, dan aerospace.
3. Digitalisasi
Karena saat ini serba menggunakan teknologi digital, maka ke depannya baik dari segi industri maupun pasarnya pada industri tekstil ini akan lebih mengutamakan proses digitalisasi. Adapun hal ini dilakukan karena agar sesuai dengan investasi yang masuk ke industri tekstil Tanah Air.
Tahukah kamu APSyFI sendiri telah mengonfirmasi bahwa sejauh ini investasi yang masuk ke industri tekstil pada 2022 diperkirakan telah mencapai Rp8 triliun. Total investasi tersebut diketahui berasal dari dalam maupun luar negeri.
Selain itu, Redma juga mengatakan bahwa investasi ini akan mengangkat kapasitas produksi bahan baku rayon di Indonesia. Misalnya dari 850.000 ton per tahun menjadi 1 juta per tahun.
“Akhir 2022 bisa sampai 1 juta ton/tahun karena ada investasi yang masuk. Pada 2025 atau 2026 naiknya bisa hingga 1,3 juta ton/tahun,” jelasnya.
Diketahui bahwa bahan baku rayon atau viscose ini akan lebih agresif ketika digunakan untuk sektor industri tekstil. Sebab, bahan tersebut dapat menggantikan penggunaan kapas yang selama ini dinilai boros dalam mengonsumsi air pada proses produksinya.
Ke depannya dimulai dari tahun 2022 ini hingga 2025 diperkirakan hampir semua produsen nantinya akan menambah kapasitas produk rayon.