Kabar gembira datang dari industri perfilman Indonesia di kancah internasional dengan film Yuni raih Platform Prize Festival Film Internasional Toronto (TIFF) 2021. Seperti yang diketahui beberapa waktu lalu film asal Indonesia tersebut ikut meramaikan ajang bergengsi tersebut.
Film Yuni garapan sutradara Kamila Andini berhasil raih Platform Prize TIFF 2021 ini di puncak acara yang berlangsung pada Sabtu, (18/9/21). Film bergenre drama tersebut bersaing dengan tujuh film terpilih lainnya dari berbagai negara.
Melalui unggahan di akun instagram pribadi milik sang sutradara @kamilandini, pencapaian tersebut dibagikan setelah penghargaan diterima secara langsung.
View this post on Instagram
Mencetak Rekor dan Sejarah
Film yang diproduksi oleh Fourcolours dan Starvision ini sekaligus mencetak rekor dan sejarah sebagai film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang menjuarai kategori tersebut. Seperti yang diketahui, kategori Platform Prize sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015 sebagai penghargaan yang dikhususkan untuk film-film bernilai artistik tinggi.
Mengangkat isu masalah sosial pada remaja perempuan
Film ini berkisah tentang Yuni, seorang remaja perempuan yang cerdas dan bermimpi besar. Yuni sendiri memiliki impian untuk mengenyam pendidikan tinggi, saking besar impiannya itu, ia bahkan berani menolak lamaran dua orang pria yang menghampirinya.
Tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya juga datang dan menjadikan Yuni sebagai bahan pembicaraan orang-orang. Hal tersebut diselubungi keyakinan bahwa seorang perempuan yang menolak lamaran tidak akan pernah menikah seumur hidupnya. Dari situlah konflik mulai muncul dan menjadi isu yang diangkat sepanjang cerita film.
Para pemeran menjalani pelatihan dialek bahasa daerah Banten
Diketahui, film tersebut mengambil latar tempat di daerah Banten dan menyertakan bahasa Jawa Banten dan Sunda Banten dalam dialog antar tokohnya. Film ini juga tak hanya melibatkan artis nasional saja, tapi juga masyarakat lokal Banten untuk menjadi pemain dan kru.
Dalam proses penggarapannya, para pemeran karakter juga sempat menjalani pelatihan secara khusus untuk berdialek bahasa daerah Banten. Hal tersebut dilakukan karena melihat bahwa film panjang dengan bahasa daerah Banten sangat minim bahkan nyaris tidak ada.
Mengenai jajaran aktor dan aktris yang terlibat, film ini dibintangi oleh Arawinda Kirana, Asmara Abigail, Sekar Sari, Marissa Anita, Dimas Aditya, dan Neneng Wulandari.
Bukan kali pertama Kamila Andini mengikuti ajang TIFF
Film garapan Andini ini bukanlah kali pertamanya di ajang TIFF. Dirinya juga pernah mengikuti kompetisi TIFF pada tahun 2015 untuk kategori film pendek, namun kala itu karyanya belum mampu memenangi ajang bergengsi tersebut.
Andini menjadi satu-satunya sineas Tanah Air pertama yang mampu dua kali masuk ke dalam nominasi Platform Prize di ajang TIFF. Film pertama yang dibawanya kala itu adalah The Seen and Unseen atau Sekala Niskala pada tahun 2017.
Sebagai suara kesetaraan perempuan di Tanah Air
Pencapaian tersebut dilihat oleh Andini sebagai harapan untuk suara-suara perempuan baik yang ada di Indonesia maupun di dunia. Harapan tersebut merupakan suara-suara perempuan yang berjuang mencari kebebasan tapi selama ini mungkin tak terdengar.
Mengutip dari GNFI, kedepannya film Yuni direncanakan akan melanjutkan perjalanan ke beberapa festival perfilman bertaraf internasional lainnya seperti Busan International Film Festival, Vancouver International Film Festival, dan Chicago International Film Festival, sembari menunggu jadwal tayang resmi di Tanah Air agar film tersebut bisa ditonton di layar bioskop.