Masyarakat Ternate di Maluku Utara memiliki sebuah pesta rakyat yang telah berlangsung sejak lama bernama Legu. Acara ini biasanya diadakan untuk menyambut hari ulang tahun Sultan Ternate.
Menurut beberapa catatan yang kami dapat, Legu digelar dalam bentuk tarian sakral. Tarian ini biasanya dipentaskan dalam tiga acara Kesultanan Ternate yang memiliki sifat bertingkat, yaitu Doru Gam, Kololi Kie dan Fere Kie.
Doru Gam merupakan acara kunjungan Sultan ke daerah-daerah tertentu. Kolo Kie acara Sultan mengelilingi Gunung Gamalama atau Pulau Ternate melewati laut. Sedangkan untuk Fere Kie merupakan acara Sultan mendaki Gunung Gamalama.
Setelah ketiga rangkaian adat tersebut terselenggara, barulah tarian Legu yang disuguhkan untuk menghibur Sultan dan masyarakat Ternate. Namun, seiring berjalannya waktu tarian Legu mengalami perubahan konsep menjadi Legu Gam atau pesta untuk rakyat.
Artinya, pihak kesultanan telah mengubahnya sehingga ada keterlibatan rakyat yang sekaligus menghubungkannya dengan pihak kesultanan. Berbeda dengan acara Legu di zaman dahulu, saat ini Legu Gam tidak hanya dirayakan dengan tarian saja melainkan menggabungkan budaya pop saat ini.
Yaitu dengan menghadirkan penyanyi ternama, band, fashion show, menyelam bersama di laut hingga acara off road. Hal ini menunjukkan adanya praktik negosiasi antara budaya tradisional dengan budaya kontemporer.
Hal semacam inilah yang dihidupkan oleh pihak Kesultanan Ternate sebagai bentuk khazanah kebudayaan daerah dengan mengikuti pola gerak zaman. Sejak tahun 2002, Legu Gam telah menjadi sebuah festival budaya yang dapat menarik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri dengan nama Festival Legu Gam.
Perubahan konsep festival sendiri diinisiasi oleh Boki Ratu Nita Budi Susanti, istri Sultan Ternate, Drs. H. Mudaffar Sjah, BcHk (1935-2015). Dengan diadakannya Festival Legu Gam bisa disebut juga sebagai kebangkitan masyarakat Ternate atau Maluku Utara dalam menghadapi berbagai cobaan seperti kerusuhan yang terjadi pada tahun 90-an.
Secara tersirat, Festival Legu Gam dapat dikatakan sebagai bentuk strategi kebudayaan dalam menata hubungan sosial masyarakat Ternate ataupun Maluku Utara. Sedikit informasi saja, biasanya Festival Legu Gam diselenggarakan pada bulan April. Di tahun 2020, festival budaya tahunan bertaraf internasional ini ditunda penyelenggaraanya karena pandemi COVID-19.