Mendongeng merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak berabad-abad lamanya. Dengan cara ini, banyak manfaat yang bisa diambil seperti menumbuhkan sikap proaktif, menambah pengetahuan hingga merangsang imajinasi, fantasi dan kreativitas. Namun sayangnya di era digital saat ini, mendongeng sudah tidak lagi banyak dilakukan orang tua kepada anak-anaknya. Melihat hal ini, beberapa komunitas dongeng di Indonesia berkolaborasi membuat sebuah acara bertajuk Festival Dongeng Internasional Indonesia yang pertama kali diselenggarakan pada 2013.
Festival Dongeng Internasional Indonesia diinisiasi oleh komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) dan beberapa komunitas dongeng lainnya yang tujuannya untuk menghidupkan kembali dongeng di era digital seperti saat ini.
Muhammad Ariyo Farid Zidni alias Aio selaku ketua komunitas Ayodi mengungkapkan dongeng memiliki pesan yang tersirat.
“Setiap dongeng memang memiliki pesan, tapi dongeng yang baik pesannya tersirat. Jadi, sifatnya bukan seperti ceramah,” jelas Aio seperti dikutip salah satu media online di Indonesia.
Festival dongeng internasional sendiri biasanya diadakan saat menyambut Hari Dongeng Internasional yang jatuh pada setiap 20 Maret. Di acara ini sering dihadiri bukan hanya anak kecil saja, melainkan remaja dan orang dewasa yang tertarik dengan cerita-cerita yang disuguhkan.
“Di luar Indonesia, di Amerika malah, kebanyakan yang datang ke festival-festival dongeng kebanyakan adalah remaja-remaja dewasa dan senior citizen (Lansia). Jadi, kadang mereka bikin segmen khusus untuk family, untuk anak-anak. Kalau tidak yang datang mostly adalah orang dewasa,” tambahnya.
Di Indonesia, komunitas dongeng banyak menyisipkan pesan isu-isu dalam masyarakat dan juga solusinya. Hingga hal ini menarik perhatian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengkampanyekan anti diskriminasi, toleransi beragama dan anti kekerasan seksual.
Sedangkan Emmanuella Mila pendiri Rumah Dongeng Pelangi percaya jika dengan bercerita dan mendongeng dapat membuat anak menjadi lebih pintar dan manfaat yang didapat lebih besar.
“Cerita itu kan sangat universal ya. Dongeng atau cerita menjadi media kita sebagai orang dewasa untuk menyampaikan sesuatu yang update juga (tentang) masa sekarang. Komunitas kami sering sekali membuat acara tentang berbeda itu indah,” jelas Mila.
Para pendiri komunitas dongeng di Indonesia pun mengaku sangat prihatin dengan keadaan saat ini, di mana banyak orang tua yang kurang memperhatikan anak dengan cara mendongeng. Karena dengan dongeng yang diceritakan orang tua kepada anak dapat membuat kedekatan kepada keduanya.
“Dongeng bisa menjadi salah satu media kembali mendekatkan orang tua dengan anak-anak,” tambah Mila.
Sekedar informasi saja, sebelum pandemi banyak kesibukan orang tua di luar rumah kerap dijadikan alasan untuk tidak mendongengkan sesuatu kepada anak. Namun, di masa pandemi saat ini orang tua memiliki kesempatan untuk membacakan cerita kepada anaknya, baik cerita rakyat maupun berbagai peristiwa saat ini.
“Me time aku dan Tristan (anaknya berusia 9 tahun) kalau malam membaca buku dan mendongeng. Jadi, aku atau dia yang mendongeng? Dia akan eager bercerita kalau punya masalah di sekolah. Makanya kalau dia bercerita, aku biasanya tanya. Jadi, dongeng buat kami berdua adalah mengungkap perasaan. Apa yang dirasakan dia saat itu, atau aku merasa Tristan harus menjadi pribadi yang lebih baik seperti apa, aku contohkan di dalam dongeng,” cerita Susan salah satu orang tua yang mengikuti kegiatan komunitas dongeng.
Dari pengalaman yang ada, mendongeng pun mampu membentuk seseorang menjadi karakter yang dibutuhkan untuk menawarkan solusi dan juga salah satu pengajaran tertua yang cukup ampuh untuk meningkatkan rangsangan otak manusia hingga saat ini.