Tahun Baru Islam 1443 H, tahun ini jatuh pada 10 Agustus 2021. Dalam merayakan Tahun Baru Islam, setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi yang fenomenal.
Tradisi Tahun Baru Islam di Indonesia pun sangat beragam. Masing-masing dari daerah memiliki ciri khas dalam menyambut tanggal 1 Muharram. Berbagai tradisi tersebut bahkan sudah dilakukan secara turun-temurun. Berikut ini beberapa tradisi unik dalam perayaan menyambut Tahun Baru Islam, yaitu:
Bubur Asyura, Kalimantan
Bubur asyura merupakan makanan khas yang hanya tersedia saat Tahun Baru Islam. Tradisi makanan ini berasal dari Kalimantan. Bubur ini terbuat dari beras, santan dan campuran dari berbagai sayuran.
Terdapat sembilan bahan pokok utama untuk membuat bubur tersebut. Mulai dari beras, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tolo, kacang tanah, kacang kedelai hingga ketela pohon pisang.
Ngadulang, Jawa Barat
Dalam menyambut Tahun Baru Islam masyarakat Sukabumi, Jawa Barat menggelar sebuah tradisi yang bernama Ngadulang. Tradisi tersebut biasanya diselenggarakan dengan mengadakan lomba seni menabuh beduk.
Setiap timnya minimal memiliki tiga pemain yang berfungsi sebagai, pertama orang yang berperan dalam memukul beduk, kedua pemukul kokhol (kentungan), dan terakhir sebagai pemukul alat tambahan lainnya. Nantinya para peserta ini akan berlomba menciptakan bunyi nada yang unik dari sebuah beduk.
Mubeng Benteng, Yogyakarta
Mubeng benteng merupakan sebuah tradisi dalam menyambut malam 1 suro tahun dari Yogyakarta. Biasanya tradisi kerap dilakukan oleh masyarakat dan abdi dalem Yogyakarta.
Selama tradisi berlangsung, baik masyarakat maupun abdi dalam harus mengelilingi keraton tanpa mengeluarkan suara. Tak hanya itu, dalam tradisi mubeng benteng juga dilarang untuk tidak makan, minum atau merokok.
Namun, saat ini perayaan tradisi mubeng benteng sedang ditiadakan. Hal ini disebabkan karena situasi pandemi yang masih melanda kota Yogyakarta.
Nganggung, Bangka Belitung
Ngganggung merupakan sebuah tradisi yang dirayakan oleh umat muslim di Bangka Beitung saat menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi ini berasal dari nama daerah yakni ‘Nganggung’ yang berarti makan bersama.
Dalam tradisi ini seluruh masyarakat Bangka akan makan bersama-sama dan setelahnya pun bersilaturahmi ke rumah-rumah warga. Diketahui pula bahwa semakin banyak tamu yang datang, maka rezeki yang didapat akan semakin berlimpah.
Kirab Kebo Bule, Yogyakarta
Di Surakarta juga terdapat tradisi dalam menyambut Tahun Baru Islam yang bernama Kirab Kebo Bule. Tradisi ini mempertunjukkan beberapa ekor kerbau berwarna putih (kebo bule) yang diarak keliling kota.
Saat kerbau tersebut diarak keliling kota, warga sekitar pun akan berlomba-lomba untuk menyentuh badan kebo bule tersebut dan memperebutkan kotorannya yang dipercaya dapat membawa berkah. Warga juga percaya bahwa kerbau-kerbau yang diarak tersebut merupakan keturunan dari Kebo Bule Kyai Slamet yang dianggap keramat.
Beberapa kerbau tersebut memiliki peranannya masing-masing, yaitu sebagai Cucuking Lampah (pemandu kirab) dan di belakangnya diikuti oleh para keluarga keraton yang membawa benda pusaka. Serta bagian paling belakang diisi oleh warga Surakarta juga turut dalam barisan arak-arakan.
Upacara Tabot, Bengkulu
Dalam menyambut Tahun Baru Islam masyarakat Bengkulu biasanya akan menggelar upacara untuk mengenang meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib. Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh Burhanuddin, atau yang dikenal sebagai Imam Senggolo.
Tabuik, Sumatera Barat
Sumatera Barat punya tradisi yang hampir mirip dengan Bengkulu dalam menyambut Tahun Baru Islam. Jika di Bengkulu terkenal dengan tradisi upacara tabot, maka di Pariaman dikenal dengan Tabuik. Tabuik diambil dari bahasa Arab yang berarti peti kayu.
Tradisi upacara tersebut dilakukan saat memperingati hari Asyura pada 10 Muharram. Tabuik merupakan patung yang menyerupai buraq, seekor kuda bersayap dengan kepala perempuan. Untuk membuat patung ini dibutuhkan waktu hingga 10 hari, yaitu dari 1 Muharram hingga 10 Muharram.