Dolar Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai mata uang global yang populer digunakan di banyak negara akan segera digantikan, Sob. Fenomena dedolarisasi ini mulai terjadi di sejumlah negara, mulai dari 10 negara ASEAN yang sepakat mengurangi transaksi menggunakan dolar AS, untuk bertransaksi dengan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT). Metode serupa digaungkan pula oleh negara aliansi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Apa sih dedolarisasi itu? Dedolarisasi adalah proses penggantian dolar sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak hingga perjanjian perdagangan bilateral. Nah, negara-negara global sudah nggak mau lagi memakai dolar AS yang dulunya dominan dipakai di perdagangan internasional dan punya dampak kuat terhadap kondisi ekonomi global saat Bank Sentral AS (The Fed) mengeluarkan kebijakan.
Nah, di tengah maraknya fenomena dedolarisasi yang membuat dolar AS mulai meredup, ada 5 mata uang negara global lainnya yang juga kuat berpotensi menggantikan mata uang negara Abang Sam tersebut. Mau tahu mata uang apa saja? Ini daftarnya, Sob.
Yuan
Mata uang negara adidaya lainnya, yaitu Cina, berpotensi gantikan dolar AS di perdagangan dunia. Diketahui negara Tirai Bambu ini menjadi eksportir sekaligus importir terbesar di dunia yang aktif melakukan jual-beli dengan negara-negara lain. Salah satunya ialah transaksi Cina dengan raksasa minyak bumi Arab Saudi, Arabian American Oil Co. (Aramco).
Euro
Nah, kalau mata uang di hampir 20 negara di Benua Biru ini juga cukup laku di pasaran. Bahkan, beberapa negara Uni Eropa, di antaranya yang berkekuatan ekonomi besar seperti Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda, sudah lama meninggalkan dolar AS.
Rupee India
Negara yang hampir menyalip Cina sebagai negara terbanyak penduduknya di dunia ini juga sudah mulai meningkatkan penggunaan rupee. Sejak April 2023, India telah menerapkan mata uang rupee dalam transaksi perdagangan internasional mereka.
Contohnya, saat India menjalin kerja sama dengan Malaysia, Uni Emirat Arab, Jerman, Inggris, dan Singapura. Kedua negara yang bertransaksi sepakat menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan.
Mata Uang BRICS
Aliansi negara yang mulai menggaungkan dedolarisasi adalah BRICS. Lima parlemen yang tergabung dalam aliansi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan berwacana menyiapkan alat pembayaran baru.
BRICS bisa dibilang boleh diadu dengan aliansi G7 yang di dalamnya mencakup anggota Amerika Serikat. Terlebih, negara-negara BRICS merupakan pemilik penghasilan domestik bruto (PDB) terbesar di dunia dengan kontribusi 31,5%. Hanya beda tipis dengan kontribusi aliansi G7 yang mencapai 30,7%.
BRICS juga dinilai bisa mempengaruhi hampir 70 persen populasi dunia atau 50 persen PDB global jika negara-negara BRICS dan negara yang bekerja sama dengan mereka menggunakan mata uang sendiri dalam perdagangan (Local Currency Settlement/ LCS).
Mata Uang Lokal ASEAN
Kesepakatan LCS membuat negara-negara Asia Tenggara yang bekerja sama dengan Indonesia bertransaksi dengan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT). Selain itu, lima negara di ASEAN, yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerja sama transaksi pembayaran lintas batas (cross border payment) dengan sistem QRIS atau QR Code. Ketiga negara ASEAN lainnya juga tertarik bergabung dengan sistem ini, yaitu Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam.
Sepertinya dengan dedolarisasi ini, dominasi negara AS dalam transaksi antarnegara jadi mulai berkurang ya, Sob.