Baru-baru ini, nama DME kembali mencuat karena disebut sebagai pengganti LPG (Liquefied Petroleum Gas) di masa depan. Fakta tentang DME atau dimetil eter, diketahui akan menjadi energi terbarukan dari hilirisasi batu bara. Lalu, apa, sih, DME itu?
DME atau dimetil eter adalah hasil olahan batu bara yang berkalori rendah. Produk DME sedang gencar dikebut pengembangannya agar dapat mengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap LGP diketahui sudah sangat tinggi hingga di titik memberatkan anggaran negara.
Presiden Jokowi mengatakan, bila nanti semua LPG di-stop dan masyarakat beralih ke DME maka tidak hanya anggaran negara saja yang berkurang, namun juga diperkirakan mampu memperbaiki neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan karena tidak impor.
“Kalau LPG nanti di-setop semuanya, pindah ke DME, duitnya gede sekali, Rp60 triliun sampai Rp70 triliun itu akan bisa dikurangi subsidinya dari APBN,” kata Presiden.
Atas alasan tersebutlah, proyek hilirisasi batu bara menjadi DME mulai dikebut. Seperti yang dikembangkan oleh PT Bukit Asam Tbk, PT Pertamina Persero dan Air Products & Chemical. Dengan adanya hilirisasi ini, Presiden mengatakan Indonesia dapat menghemat subsidi dari APBN sebesar Rp7 triliun dengan target produksi DME sebesar 1,4 juta ton per tahun .
Selain itu, ada lagi, lho fakta yang harus diketahui tentang DME terutama tentang kelebihannya. Inilah 5 fakta tentang DME :
Buat Batu Bara Lebih dari Sekedar Bahan Bakar Pembangkit Listrik
Bila gas LPG yang kita pakai berasal dari gas alam, maka DME ini berasal dari pemrosesan batu bara yang berkalori rendah. Program gasifikasi batu bara atau DME ini dapat meningkatkan nilai batu bara yang bukan hanya sekedar bahan bakar pembangkit listrik. Selain DME, proses gasifikasi batu bara juga menghasilkan bahan lainnya seperti bahan baku untuk industri kimia.
Mirip LPG Namun Versi Ramah Lingkungan
Alasan DME lebih dikejar pengembangannya ini karena DME dikenal lebih ramah lingkungan, dengan senyawa yang tidak berwarna dan juga tidak beracun. Sedikit mirip dengan komponen LPG, namun yang berbeda hanyalah panas yang dihasilkan produk DME lebih sedikit. DME juga terdiri dari propana dan butana yang pemakaiannya juga seperti gas elpiji.
Lebih Efisien dari LPG
DME diketahui lebih efisien dibanding sumber daya lainya. Beberapa uji coba yang dilakukan mengungkap bahwa efisiensi kompor LPG berkisar 53,75-59,13 persen dan efisiensi kompor DME sekitar 64,7-68,9 persen.
Diklaim Tidak Merusak Ozon
DME tak hanya berasal dari batu bara namun juga dari energi yang dapat diperbarui. DME pun diklaim tidak merusak ozon karena tidak menghasil particulate matter (PM) dan NOx, tidak mengandung sulfur, dan mempunyai nyala api biru.
Awalnya DME Berguna Sebagai Campuran Zat
DME awalnya digunakan sebagai solvent, aerosol propellant, dan refrigerant. Namun perlahan, DME mulai menggantikan peran sumber daya gas dalam dan pemanfaatannya di kehidupan sehari-hari manusia. Kini DME sudah banyak digunakan tak hanya menjadi substitusi gas LPG, namun juga sebagai bahan bakar kendaraan, keperluan rumah tangga hingga genset.
Nah, itulah 5 fakta tentang DME yang sebentar lagi akan menggantikan LPG. Sudah siap memakai DME?