Indonesia memang dikenal memiliki beragam kebudayaan dari masing-masing daerah, salah satunya yakni Sumatera Utara. Selama ini, berbagai budaya dan adat-istiadat telah hidup bersama masyarakatnya. Salah satunya Mangokal Holi yang dilakukan oleh Suku Batak. Berikut fakta-fakta yang terdapat dalam tradisi Mangokal Holi:
1. Pemindahan tulang belulang ke tempat baru
Tradisi Mangokal Holi merupakan sebuah tradisi upacara adat yang diselenggarakan dengan menggali makam leluhur yang sudah lama meninggal untuk diambil tulang belulangnya dan dipindahkan ke tempat yang baru.
Makam yang digali bukanlah makam biasa, namun adalah tambak atau tugu marga yang biasa dibangun di kampung halaman atau disebut “Bona Pasogi”. Masyarakat Suku Batak percaya bahwa semakin indah dan megah tugu tersebut, maka semakin bergengsi status yang diraih. Dalam satu tugu biasanya terdapat lebih dari empat atau lebih Opung, sebutan bagi leluhur.
2. Bentuk penghormatan kepada para leluhur
Nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini adalah sebagai bentuk penghormatan dan mengantarkan para leluhur menuju kesempurnaan hidup. Masyarakat dalam Suku Batak percaya bahwa arwah seseorang yang sudah meninggal akan hidup abadi. Hal ini bisa dicapai dengan menaruh tulang-belulangnya ke tempat yang lebih layak (tinggi) yang berarti mendekatkan arwah itu kepada Penciptanya.
3. Membutuhkan banyak biaya
Melansir dari merdeka.com, pelaksanaan tradisi khas Suku Batak tidak sembarangan. Mangokal Holi adalah tradisi upacara adat kematian yang membutuhkan biaya yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan Mangokal Holi harus dilakukan sesuai dengan adat Batak.
Biaya banyak diperlukan oleh marga yang menggelar Mangokal Holi karena mereka harus menjamu seluruh keluarga besar dan para tetangga. Bahkan daging kerbau yang harganya tentu tidaklah murah biasanya menjadi hidangan dalam pelaksanaan upacara adat ini.
4. Memerlukan hewan untuk dikurbankan dan kain ulos
Dalam pelaksanaannya, Mangokal Holi membutuhkan hewan yang digunakan sebagai kurban. Hewan yang dijadikan kurban oleh masyarakat Suku Batak dalam tradisi ini biasanya adalah menggunakan kuda. Dalam upacara adat tradisi ini juga harus disediakan kain khas Suku Batak, yakni kain ulos. Dengan adanya kain tersebut dipercaya sebagai sebuah harapan agar berkah selalu mengiringi keturunan leluhur yang telah meninggal.
5. Memerlukan persetujuan dari keluarga
Makam leluhur yang ingin digali dan dipindahkan harus dengan persetujuan dari orang-orang yang dituakan dalam keluarga. Setelah disetujui, jasad yang sudah berbentuk tulang-belulang itu dibawa pulang ke rumah untuk dibersihkan dengan prosesi ritual adat. Jenazah tersebut dapat dipegang dan dibersihkan oleh pihak keluarga dari garis keturunan perempuan.
6. Jenazah harus dibersihkan
Tulang belulang leluhur yang sudah puluhan tahun tertanam di dalam tanah dicuci dengan air jeruk. Agar tampak bersih tulang-tulang yang telah dicuci kemudian dilumuri oleh air kunyit.
Setelah dikeringkan, barulah tulang-tulang leluhur mereka kembali dimasukkan ke dalam peti. Diikuti dengan sebuah prosesi adat, peti-peti itu diletakkan dan dihadapan kepada keluarga untuk didoakan kembali. Setelah itu akan dibawa atau dimasukkan ke makam yang baru.
7. Sebagai tali kekerabatan di antara keluarga atau marga
Mangokal Holi bertujuan untuk mengeratkan tali kekerabatan di antara keluarga atau marga. Contohnya seperti saat seluruh keluarga menari tor-tor bersama serta saling memberikan salam dan memegang pipi. Upacara Mangokal Holi pun menjadi wadah untuk membahagiakan orang tua serta tempat berkumpul semua generasi marga, sehingga memungkinkan untuk saling mengenal satu sama lain, mengenalkan silsilah keluarga besar, sarana edukasi adat Batak dan sebagainya.