Sobat, akhir-akhir apakah kamu merasa bahwa promo diskon tidak sebanyak dulu lagi? Baru-baru ini, salah satu ekonom Indonesia membeberkan fakta sebuah dari kondisi yang menandakan berakhirnya era bakar uang terutama di industri startup dan e-commerce, yang persaingannya terkenal lebih ketat dari sektor lainnya.
Hal ini lebih lanjut dijabarakan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara. Menurutnya, industri e-commerce kini sudah keluar dari era pembakaran uang, yang berarti akan adanya pengurangan promo dan diskon serta biaya operasional lebih besar kepada merchant.
“Persaingan di e-commerce memang lebih ketat dibanding sektor lainnya, khususnya Business to Consumer (B2C). Model bisnis yang bisa bertahan adalah padat modal dan integrasi antar pemain dalam super apps,” kata Bhima Yudhistira Adhinegara, melansir dari Kontan.co.id, Kamis (2/6).
Bahkan saat ini, menurut Bhima hanya ada dua hingga tiga pemain besar saja yang masih memperkuat posisinya berkat perubahan skema baru terhadap para merchant-nya.
“Sudah bisa diperkirakan bahwa harga produk yang seolah murah di level konsumen adalah temporer, karena tidak mungkin pihak aplikasi bakar uang terus menerus,” tutup Bhima.
Masyarakat dan Pelaku Startup Musti Bersiap
Hal senada tentang era bakar uang yang sudah berakhir terutama di lingkungan startup, secara keseluruhan juga dilontarkan oleh Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana. Ia menyebut bahwa kini masyarakat dan para pelaku startup perlu bersiap menyambut musim yang baru. Pasalnya, meski startup berkembang selama satu dekade secara global, namun 6-18 bulan mendatang, industri startup tidak akan seramah sekarang.
“Jadi kita merasa ada perubahan dari sisi appetite dan kalau sebelumnya growth atau cost, sekarang prudent growth yang lebih terukur kali ya, bakar-bakarannya mungkin dikurangi,” ujar Roderick saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Roderick mengungkap bawah jika para startup masih nekat “bakar uang” tanpa terkendali, maka merek bisa terlibat dalam masalah besar.
Tanggapan Pelaku Startup
Sedangkan dari pihak startup yaitu dari Gojek melihat bahwa kini strategi bakar uang sudah berubah menjadi strategi mengejar profitabilitas dan keberlanjutan usaha. Kini dengan layanan yang lebih luas dari ride-hailing hingga pengiriman makanan, Gojek akan mengejar monetisasi.
“Pada awalnya, kami berinvestasi dalam pertumbuhan karena kami perlu memiliki skalabilitas tertentu untuk menyamakan permintaan dan penawaran pasar kami,” ujar Co-CEO Gojek, Andre Sulistyo.
Bagaimana tanggapan Sobat? Apa Sobat sudah bersiap bila para startup dan e-commerce di Indonesia sudah meninggalkan startegi “bakar uang”?