Apa jadinya jika Anda menjaga sebuah mercusuar perbatasan negara tanpa mendapatkan upah? Tentu saja Anda akan segera meninggalkan mercusuar tersebut dan mencari pekerjaan yang lebih layak. Tapi, tidak dengan Elkana Amarduan, warga Desa Eliasa, Pulau Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Elkana Amarduan biasa akrab dipanggil Eli ini diketahui setia menjaga menara suar perbatasan Republik Indonesia – Australia. Pria yang kini berusia 64 tahun ini telah ia jaga kurang lebih 23 tahun.
Lebih memprihatinkan lagi, Eli menjaga menara suar berukuran 35 meter dengan diameter 6 meter ini tanpa digaji, baik dari pemerintah desa maupun pihak mana saja. Ia mengungkapkan, menjalankan tugas tersebut dengan suka rela.
“Sudah 25 tahun saya jaga dua aset negara ini, menara suar dan tapal batas, tanpa digaji baik dari pemerintah desa maupun pihak mana saja. Saya lakukan dengan suka rela,” terang Elkana seperti dikutip salah satu media online di Indonesia.
Mengenai mercusuar perbatasan Republik Indonesia – Australia ini, telah dibangun sejak era Presiden Soeharto tepatnya pada 1997. Diresmikan oleh Mayor Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo sebagai Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura Ambon.
Selain itu, Elakan menceritakan jika mercusuar perbatasan tersebut dibangun di atas tanah miliknya. Hingga 2019, belum ada proses pembebasan lahan dari pemerintah terhadap tanah miliknya. Eli beserta warga setempat hanya diberikan uang sebesar Rp. 50.000 per tiga desa yakni Desa Lingat, Werain dan Eliasa sebagai uang sirih pinang sebelum membangun menara tersebut.
Untuk membantu Elkana, warga setempat menjadikan wilayah menara perbatasan tersebut menjadi objek wisata. Dan hasil penjualan karcis akan diserahkan kepada Elkana sebagai bentuk penghargaan yang selama ini telah ia lakukan.
Elkana juga menjelaskan, jika apa yang ia kerjakan menjaga menara perbatasan adalah bentuk kecintaannya terhadap bangsa dan negara
“Saya rela lakukan pekerjaan ini demi kepentingan bangsa dan negara. Saya harus mengambil inisiatif, jangan sampai segelintir orang merencanakan kejahatan terhadap kedua asset ini, maka pasti saya yang dituduh. Saya merasa punya tanggung jawab sejak 1998 sampai hari ini. Karena kepercayaan yang diberikan dari Kepala Dusun untuk saya,” lanjutnya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Eliasa, Thomas Entamoi dikabarkan telah menarik kunci menara dari Elkana demi memudahkan jika ada kunjungan dari wisatawan atau pemerintah.
“Maksud Pemerintah Desa mau ambil itu (kunci) menjaga kemungkinan ada tamu seperti ini, kita tidak cari-cari dia (Pak Eli) lagi,” jelas Thomas Entamoi.
Sekedar informasi saja, dari atas menara ini Elkana menjelaskan bisa melihat siluet Kota Darwin di Australia ketika air laut surut. Di lokasi menara juga telah dibangun gazebo oleh majelis gereja setempat atas koordinasi bersama dengan pemerintah desa.
Setelah kabar mengenai Elkana beredar kini banyak pihak yang sudah membantu perekonomian Eli mulai dari bahan pokok makanan hingga pakaian.