Produk industri mebel dan kerajinan Indonesia diketahui banyak digemari oleh pelancong dari dalam negeri maupun luar negeri khususnya wisatawan Eropa. Banyak yang menilai, kerajinan Indonesia selain memiliki bentuk karya seni yang indah juga memiliki kualitas kayu yang bagus. Sifat kayunya yang unik dan tahan lama di kondisi cuaca apapun, juga menjadi daya tarik tersendiri. Ditambah lagi dengan bukti penggunaan kayu bebas dari penebangan liar sehingga ramah lingkungan.
Dengan banyaknya konsumen mancanegara tersebut, maka industri mebel dan kerajinan Indonesia dikatakan bisa merajai pasar Asia, khususnya ASEAN. Tentu saja, hal ini bisa terjadi apabila dikelola secara baik.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur di Jakarta pada Kamis (25/11) menjelaskan, “Dengan ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar, industri ini bisa menjadi industri yang tangguh.”
Industri Mebel dan Kerajinan Jadi Penolong Negara
Lebih lanjut, industri mebel dan kerajinan dalam negeri disebut sebagai salah satu industri yang turut membantu perekonomian Tanah Air yang tengah terhimpit akibat pandemi Covid-19. Selain dari ekspor, industri mebel juga mampu menyerap tenaga kerja.
Tercatat, ekspor mebel dan kerajinan Indonesia di tengah pandemi tetap melonjak sebesar 35,41 persen di semester I 2021 terutama ke pasar Amerika Serikat (AS) dengan nilai ekspor mencapai US$1,687 millar atau sekitar Rp24 triliun. Hal ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu di angka US$1,246 miliar atau Rp17 triliun.
Faktor mengapa industri mebel masih tetap eksis bahkan hingga menjadi penghasil devisa negara di saat industri lain terkena krisis adalah karena industri ini didukung oleh kandungan lokal yang cukup besar, seperti kayu-kayu yang diambil dari perhutanan indonesia, tentunya dengan penebangan yang legal dan ramah lingkungan.
Selain itu, adanya permintaan dari pasar Amerika Serikat dikarenakan pengaruh kebijakan stimulus fiskal dari negara tersebut yang turut mendongkrak pendapatan rumah tangga dan akhirnya berujung pada pembelian barang berkelanjutan.
Diketahui kenaikan ekspor terbesar pada produk mebel sebesar 39,98 persen dan produk kerajinan naik 24,87 persen.