Ada sebuah desa unik di Kabupaten Sleman, Yogyakarta (DIY), yaitu Dusun Kasuran. Meski namanya mengandung kata ‘kasur’ namun di desa ini tidak akan bisa kita temukan kasur di rumah-rumah warga. Hal ini dikarenakan sebuah kepercayaan yang telah dianut oleh masyarakat sekitar sejak dahulu kala dan masih dipatuhi hingga hari ini.
Di dusun ini ada sebuah pantangan untuk tidur di kasur karena bisa mendatangkan hal yang tidak baik ke hidup mereka. Bagi mereka yang melanggar maka bisa menjadi sial seumur hidup. Kesialan tersebut dapat datang berupa orang yang tiba-tiba menjadi gila, buta hingga mati muda.
Melansir dari Tagar.id yang saat itu berkunjung ke Dusun Kasuran, menurut tokoh masyarakat setempat yaitu Muhadi, warga dusun pernah tiba-tiba sakit saat mencoba tidur menggunakan kasur sebagai alas dan sakitnya menjadi hilang saat kasur itu dibuang. Selain itu, banyak kejadian-kejadian tidak menyenangkan pada warga yang masih coba-coba tidur dengan kasur hingga akhirnya warga memilih membuang kasur tersebut.
Asal Muasal Pantangan Tidur Pakai Kasur
Dari mana kepercayaan ini berasal? Tidak lain tidak bukan dari cerita sepasang pendiri Pedusunan Kasuran yaitu Nyai Kasur dan Kyai Kasur. Nyai Kasur kini dimakamkan di Dusun Kasuran, Margo Mulyo, Kecamatan Seyegan. Sedangkan Kyai Kasur dimakamkan di Kasuran, Margo Dadi, Seyegan.
Ratusan tahun yang lalu saat Perang Jawa meletus, pernah terjadi suatu cerita yang menjadi asal muasal pantangan ini yaitu saat Kyai Kasur dan Nyai Kasur yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro sedang berdebat. Nyai Kasur melarang suaminya ikut Pangeran Diponegoro tetapi Kyai Kasur acuh terhadap permintaan sang istri dan tetap yakin pada kemauannya.
Akhirnya terjadi sumpah diantara mereka berdua untuk tidak tidur di atas kasur sebelum cita-cita Pangeran Diponegoro tercapai. Namun ada juga yang mengatakan mereka akhirnya berpisah dan membuat perjanjian bagi warga yang menetap di Dusun Kasuran tidak boleh tidur menggunakan kasur.
Kasuran Kalon dan Kasuran Wetan
Kyai Kasur kemudian pergi tinggal di Kasuran Wetan sedangkan Nyai Kasur tinggal di Kasuran Kulon. Itulah cikal bakal dusun Kasuran yang kini terbagi menjadi dua yaitu Kasuran Kulon dan Kasuran Wetan.
Kasuran Kalon ibarat warga Baduy Dalam, mereka masih memegang teguh kepercayaan lokal yang telah dijalankan sejak zaman dahulu dengan tidur menggunakan alas tikar. Lain halnya dengan Kasuran Wetan yang telah menggunakan busa sebagai sebagai alas tidur. Ya, menurut Kasuran Wetan, busa berbeda dengan kasur sehingga masih bisa digunakan.
Sebenarnya warga Dusun Kasuran bisa terbebas dari pantangan ini dan tidur di kasur dengan nyaman jika mau melakukan Tradisi Ruwatan. Tradisi ini harus dilakukan secara kompak oleh satu dusun dan karena masih banyak yang ingin mempertahankan kepercayaan tidur tanpa kasur maka tradisi ini belum juga dilakukan hingga kini.