Sejarah tentang pembuatan bom atom di dunia lagi ramai diperbincangkan karena penayangan Oppenheimer (2023), film biopik pencipta bom atom bernama Julius Robert Oppenheimer. Namun kamu tahu nggak, Sob, peluncuran bom atom pada Perang Dunia II yang dibuat oleh Oppenheimer bisa berjalan lancar karena bantuan seorang pencipta pembidik bom kelahiran Semarang, Carl Norden.
Melansir laman Norden Retirees Club, pria bernama lengkap Carl Lucas van Norden dilahirkan pada 23 April 1880 di Semarang, Jawa Tengah. Sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, Carl Norden bukanlah seorang pribumi melainkan keturunan Belanda-Amerika.
Setelah ayahnya wafat pada 1885, Carl Norden dan keluarga kembali ke Belanda, kemudian pindah ke Jerman pada 1893. Selanjutnya dia mulai magang di toko mesin di Swiss dan masuk Sekolah Politeknik Federal Zurich yang terkenal di dunia.
Pascalulus sebagai insinyur mesin pada tahun 1904, Norden pun pindah ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, bersama Elmer Sperry, Norden mengerjakan stabilisator kapal (gyro stabilizers) pertama untuk kapal Amerika Serikat, dan dikenal atas kontribusinya pada perangkat keras militer.
Selain itu, Norden merancang banyak instrumen dan perangkat untuk biro Angkatan Laut AS, termasuk bom terbang robot, pesawat target yang dikendalikan radio, katapel, dan peralatan penangkap yang digunakan di kapal induk.
Hingga akhirnya pada 1920-an Norden memiliki perusahaannya sendiri. Di awal dekade inilah, perjalanan Norden sebagai pencipta pembidik bom dimulai. Norden mulai mengerjakan pembidik bom untuk Angkatan Laut AS yang fungsinya menjatuhkan bom dari pesawat terbang dan menghantam sasaran di darat atau laut. Dari prototipe pada 1923, akhirnya pembidik bom pertama berisi komputer analog berhasil diproduksi pada tahun 1927.
Tahun 1931, Norden mendemonstrasikan kepada Angkatan Laut AS sebuah pembidik bom yang jauh lebih baik. Hal ini membuat Angkatan Laut AS terkesan dan memesan lebih banyak lagi alat buatan Norden. Nggak cuma angkatan laut, Korps Udara Angkatan Darat juga memesan pembidik bom yang kini dikenal dengan Norden Bombsight.
Alat buatan Norden ini dilatih dengan sangat rahasia tentang cara penggunaannya. Diketahui kala itu Norden Bombsight bisa digunakan untuk menjatuhkan bom dari pesawat dengan cukup akurat dalam praktiknya untuk mengenai lingkaran dari ketinggian 100 kaki (30 m) dan 21.000 kaki (6.400 m).
Tahun demi tahun, alat pembidik bom kian ditingkatkan. Model terbaru Norden Bombsight kala itu diberi nama Mark XV, merupakan kumpulan kompleks lebih dari 2.000 kamera, roda gigi, kaca spion, lensa, dan komponen lainnya. Alat inilah yang digunakan Angkatan Udara, Angkatan Darat, dan Angkatan Laut Amerika Serikat selama Perang Dunia II, juga ketika Perang Korea dan Vietnam.
Norden Bombsight di Perang Dunia II
Saat Perang Dunia II meletus pada 1939, Amerika Serikat ikut terseret ke dalam peperangan usai penyerangan dadakan oleh Jepang terhadap Armada Pasifik Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii, pada 7 Desember 1941.
Tahun-tahun berikutnya, Amerika Serikat terlibat perang demi perang terutama dengan Jepang. Di masa ini, Norden yang telah dikenal sebagai pencipta pembidik bom juga terlibat upaya produksi besar-besaran bernilai 1,1 miliar dolar AS. Produksi alat pertahanan ini mirip dengan Proyek Manhattan yang digawangi Julius Robert Oppenheimer untuk membuat senjata nuklir pertama.
Momen duet maut antara Oppenheimer dan Norden lantas terjadi saat insiden pengeboman Amerika Serikat terhadap Jepang pada tahun 1945.
Norden Bombsight kemudian dipasang di pesawat Boeing B-29 Superfortress milik AS. Pesawat yang dikenal bernama Enola Gay ini membawa bom atom nuklir ‘Little Boy’ hasil Proyek Manhattan yang mengebom Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Kemudian 9 Agustus 1945 pesawat Boeing B-29 Superfortress kedua bernama Bockscar membawa bom nuklir ‘Fat Man’ dan dijatuhkan di Kota Nagasaki. Peristiwa inilah yang membuat Jepang resmi menyerah terhadap sekutu di Perang Dunia II pada 14 Agustus 1945. Kekalahan Jepang ini dimanfaatkan Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Tak seperti Oppenheimer yang kadung menyesali alat yang diciptakannya menjadi pembunuh massal manusia, Norden cukup bangga bahwa pembidik bom ciptaannya dapat digunakan untuk menyerang sasaran militer secara strategis. Pembidiknya juga mampu meminimalkan kerusakan tambahan pada penduduk dan bangunan sipil di sekitarnya, seperti gereja, sekolah, dan rumah.
FYI, Sob, selama membuat hampir 50.000 pembidik bom yang kemudian menjadi alat penting selama perang, Norden tidak mengambil keuntungan. Dia menjual hak cipta pembuatannya kepada pemerintah AS seharga 1 dolar AS. Carl Norden kembali ke Swiss tak lama setelah Perang Dunia II dan meninggal di sana pada tahun 1965.