Dua santri Indonesia raih gelar juara pada kompetisi Robotik Internasional di China, loh. Kedua santri ini bernama Hafidz Maulana Fernando dan Al Alifia Nadhira Akbar. Keduanya memenangi perlombaan dalam ajang Awarding International Robotic Competition 2023 di Guangzhou, China.
Hafidz Maulana Fernando dan Al Alifia Nadhira Akbar adalah siswa SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka menjadi salah satu peserta terbaik di bidang lomba Cooding Challenge tingkat SMA.
Kedua siswa berprestasi ini berhasil mendapat medali emas dan mengalahkan ratusan lawannya yang berasal dari Cina, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia.
Di balik prestasi yang dicapai oleh Nando maupun Nadhira—panggilan Hafidz Maulana Fernando dan Al Alifia Nadhira Akbar—mereka menyimpan semangat berjuang, kegigihan, dan totalitas. Sebab, bukan hal mudah untuk memenangi kompetisi robotik internasional tersebut. Di kompetisi robotik kali ini mereka dituntut untuk berani dan cerdas dalam menentukan strategi dan keputusan.
Apalagi ketika sedang menjalankan misi robotnya. Pergerakan robot yang diprogram dan dikontrol dari laptop ini harus sesuai instruksi dari dewan juri. Karena juri menilai peserta lomba dari aspek akurasi, ketepatan, dan kecepatan pergerakan robot.
Jadi, apabila mereka sudah akurat tapi robot bergerak dengan lambat, maka nilai yang diperoleh pun masih belum sempurna. Begitupun bila robot bergerak dengan cepat tapi nggak akurat dan tepat, maka nilainya rendah.
Oleh karena itu, ketiga unsur penilaian tersebut sangat menentukan raihan poin mereka. Untungnya, baik dari Nando maupun Nadhira berhasil mendapatkan poin yang nyaris sempurna.
Perjuangan Sebelum Kompetisi
Sebelum diberangkatkan ke Cina, Nando dan Nadhira mengikuti pelatihan yang dibimbing oleh tim ekstrakurikuler Muhammadiyah Tujuh Robotik (Turbo) SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dan tim Kampong Robot Indonesia (Robotic and Drone Cooding Academy).
Mereka berlatih di Tangerang Selatan selama satu bulan lamanya. Selama itu mereka menjalani bootcamp dan mengikuti arahan trainer sesuai standar International Youth Robot Association (IYRA).
Setelah lancar selama pelatihan, mereka pun diberangkatkan ke Cina. Namun, mereka terhadang dua kendala. Pertama, memesan tiket pesawat yang berkenaan dengan limit waktu. Kedua, robot yang akan digunakan untuk kompetisi robotik internasional baru tiba satu hari sebelum keberangkatan ke Guangzhou, Cina. Untungnya, dengan berbagai kendala yang mereka hadapi, bisa diatasi dengan baik.
Hasil tidak mengkhianati usaha, mungkin kata-kata tersebut tepat untuk diungkapkan. Pasalnya, dari segala kendala dan ikhtiar selama berlatih robotik, alhasil dua santri Indonesia ini pun sukses raih gelar juara di kompetisi robotik internasional di Cina.