Nama Dr Mulyoto Pangestu mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Pria kelahiran Pekalongan tahun 1963 ini bisa disebut sebagai ilmuwan Indonesia yang berjasa bagi para dokter di dunia, pasalnya ia berhasil menemukan cara pembekuan sperma dengan cara yang murah.
Atas penemuan tersebut Dr Mulyoto Pangestu berhasil meraih penghargaan tertinggi Gold Award dalam kompetisi bertajuk Young Inventors Awards yang diadakan oleh majalah The Far Eastern Economic Review dan Hewlett Packard Asia Pasifik.
Tercatat dalam menemukan upaya penemuan pembekuan sperma hewan dengan cara sederhana tersebut, ia membantu para ilmuwan dan dokter di negara berkembang yang kekurangan biaya untuk mengadakan peralatan pendingin atau cold storage.
Alat pendingin sperma sendiri diketahui untuk menyimpan material biologis yang biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai bahan pendingin. Cold storage juga memiliki bahan-bahan yang cukup mahal.
Sedangkan ilmuwan lulusan SMA Negeri 1 Tegal, Jawa Tengah ini mampu menemukan cara menyimpan sperma hewan dengan menggunakan dua lapis tabung plastik mini berukuran 0,250 ml dan 0,500 ml yang disegel dengan panas (heat-sealed), kemudian dibungkus dengan alumunium foil.
Atas penemuan tersebut pula, membuat namanya dikenal di dunia science dan mengantarkannya menjadi dosen di Monash University, Australia. Pada 2017, ia pun ditugaskan untuk menjadi staf pengajar di Education Program in Reproduction and Development, Department and Gynaecology, Fakultas Kedokteran Monash University, Australia.
“Program yang saya tangani adalah training untuk orang-orang yang tertarik dan akan bekerja sebagai embryologist di klinik bayi tabung,” jelas Mulyoto Pangestu kepada salah satu media online di Indonesia.
Murid-muridnya pun bukan hanya dari Australia saja, ia mengaku banyak murid-muridnya berasal dari luar Australia seperti Timur Tengah, Indochina, China, Amerika Serikat, Amerika Latin, juga Eropa.
Dalam penelitiannya, ia dipercaya meneliti beberapa ilmu pembuahan pada hewan dan seperti teknik simpan beku (kriopreservasi) embrio, sperma dan sel telur:biopsy (pemeriksaan organisme) untuk preimplantation genetic diagnosis dan screening; teknologi reproduksi in vitro fertilization atau bayi tabung pada domba.
Dalam melakukan penelitian tersebut, Mulyoto telah melakukannya sejak 1985 di saat ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Selain itu, meski teknik yang ditemukan oleh Mulyoto belum bisa diterapkan untuk menyimpan sperma manusia, penggunaan teknik tersebut dapat digunakan untuk menyimpan sperma mencit. Di mana mencit merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan sebagai model penelitian bagi penyakit atau kondisi kesehatan manusia.
Tidak sampai di situ saja, selain meneliti dalam ilmu kedokteran ia pun melakukan penelitian di bidang lain misalnya ilmu sosial yang ia lakukan bersama peneliti dari Melbourne University, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan Universitas Udayana.
Di bidang robotik pun ia melakukan penelitian dengan meningkatkan akurasi dan kesuksesan melakukan Intra-Cryptoplasmic Sperm Injection (ICSI) yang merupakan salah satu teknik di bidang bayi tabung.