Di tahun 2016, Dominate menggemparkan fashion local Indonesia karena berulang kali katalognya dipublikasikan di Hypebeast, situs barometer streetwear global. Belakangan Dominate kembali menyita perhatian gegara kolaborasinya dengan clothing label asal Taichung, Taiwan yakni Taiwan’s Less yang reputasinya juga tersohor. Selain itu, Dominate juga sempat kerjasama eksklusif penjualan produk mereka di retail store Urban Outfitter Uni Eropa untuk pengiriman Februari 2017.
Sejak awal, karakter streetwear dari Dominate dipengaruhi corak militer dan menonjolkan sisi maskulin. Rilisan mereka yang ikonik adalah coveralls, trooper, jackets, dan parka. Salah satu koleksi yang paling diminati adalah MA-1 Norgai yang merupakan modifikasi unik atas desain jaket pilot tempur.
Ardila Ramadhan (Dila), Renaldi Morteza (Keshong), dan Nayana Paramasatya (Naya) adalah otak dibalik Dominate. Dua pendiri Dominate ini awalnya tidak terjun langsung di bisnis fashion. Keshong, adalah mantan vokalis band metalcore asal Semarang, Bring Her Head to Athena yang akhirnya mendirikan clothing pribadinya dengan nama Solid Gold. Sedangkan Naya aktif di skena skate. Naya dan Keshong berasal dari Semarang, pada akhirnya tahun 2012 mereka ‘hijrah’ ke Jakarta. Di Jakarta, Keshong bertemu Dila yang rupanya juga pecinta fashion.
“Saat ketemu Keshong, gue sedang mengelola clothing label sendiri. Terus, nyambi kerja di Orbis (pelopor toko streetwear di Jakarta Selatan). Tapi dari inilah, kami bertiga akhirnya ketemu, cocok, dan kemudian merancang konsep clothing line bareng yakni Dominate yang resmi lahir tahun 2013,” ujar Dila.
Waktu berjalan, formasi kerja ketiga semakin tertata. Naya menangani bagian logistik dan manajemen. Keshong bertugas pada bagian desain, dan Dila menjalani tugas marketing dan networking.
Perjuangan ketiganya dalam membangun Dominate rupanya tidak mudah, selama bertahun-tahun mereka mengirim katalog ke berbagai penjuru negara agar mendapatkan perhatian pasar. Sampai pada akhirnya, di tahun 2016 katalog mereka tembus hingga platform Hypebeast dan dunia pun ikut terguncang, tawaran kolaborasi pun mulai berdatangan.
Dalam menjaga identitas desain Dominate, ketiganya memiliki strategi agar tidak pasaran seperti produk streetwear lainnya. Dila mengatakan bahwa jika semua distro atau brand streetwear lain fokus ke penjualan kaos, maka Dominate fokus ke jaket. “Kami iseng membuat jaket baru, ternyata desainnya oke. Kenapa nggak fokus ke kaos? Karena kaos kebanyakan dipengaruhi oleh tren yang ada. Yang kayak gitu susah banget diikutin, bisa mengacaukan DNA kita, “ujar Dila.
Dila juga menambahkan bahwa ketiga memilih membuat sesuatu yang timeless. Itulah mengapa mereka memilih katun 20s sebagai bahan produksi kaos. “Kita nggak mau kaos kita dipakai cuma buat tidur, dua kali pake cuci, lalu nggak lo pakai lagi keluar. Cuma dijadiin kaos tidur atau cuma pelengkap di lemari. Habis itu kena kutu, ujungnya di panti asuhan. Maka dari itu penting menjaga Dominate agar tetap eksklusif dengan cara tidak membuat sistem restock atau diskon,” terang Dila.