Dieng Culture Festival: Ritual Adat Dieng yang Terdengar Hingga ke Mancanegara

Dieng Culture Festival

Dieng Culture Festival

Bagi para traveler di Indonesia khususnya yang berada di Pulau Jawa, mungkin sudah tahu daerah pegunungan Dieng yang berada di kompleks Puncak Rogojembangan, Wonosobo, Jawa Tengah. Ya, daerah sejuk yang memiliki alam yang indah juga mempunyai event tahunan bernama “Dieng Culture Festival”. 

“Dieng Culture Festival” merupakan acara pesta budaya terbesar yang diadakan setiap tahun di kawasan wisata Dieng, yang diisi oleh berbagai rangkaian acara adat turun temurun seperti prosesi ruwatan rambut Gimbal, pentas seni budaya, pagelaran wayang kulit, pemutaran film, pertunjukan musik jazz bertajuk “Jazz Atas Awan”, pelepasan lampion dan lain-lain. 

Di awal penyelenggaraannya, nama “Dieng Culture Festival” sendiri adalah “Pekan Budaya Dieng”. Namun di tahun ketiga, Kelompok Sadar Wisata Dieng yang berisikan masyarakat sekitar Dieng mengubah nama menjadi “Dieng Culture Festival”. 

Festival tahunan ini juga makin mendapat respon positif dari wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Pasalnya salah satu bagian acara festival yakni prosesi ruwatan rambut Gimbal mampu memikat puluhan ribu wisatawan. 

Prosesi ruwatan rambut Gimbal adalah prosesi penyucian anak berambut Gimbal di wilayah Dieng yang bertujuan untuk mengusir nasib buruk atau kesialan pada anak tersebut maupun masyarakat Dieng pada umumnya. 

Anak berambut Gimbal sendiri telah ada sejak berabad-abad lamanya yang lahir di wilayah pegunungan Dieng. Rambut Gimbal yang dimiliki anak tersebut mulai tumbuh alami antara 40 hari hingga 6 tahun. 

Menurut cerita adat setempat, masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak Gimbal yang lahir merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete yang merupakan pejabat di masa kerajaan Mataram di abad ke -14. 

Kyai Kolo Dete bersama istrinya, Nini Roro Ronce mendapat pesan dari Ratu Pantai Selatan untuk membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan yang ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut Gimbal. Konon, sejak itulah di wilayah Dieng lahir anak-anak berambut Gimbal secara alami. 

Sebelum prosesi ruwatan, biasanya akan dilakukan ritual doa di beberapa candi, seperti Candi Dwarawati, Komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Kawah Sikidang, Telaga Balaikambang, Gua Telaga Warna, Kali Pepek dan pemakaman sekitar Dieng. 

Selama ritual doa tersebut, anak-anak Gimbal dibawa berkeliling desa dengan ditemani para sesepuh, tokoh masyarakat, dan kelompok paguyuban seni di Dieng. Tidak sampai di situ saja, pada acara “Dieng Culture Festival” terdapat rangkaian pendukung lainnya seperti jalan sehat dan meminum minuman khas Dieng, Purwaceng bersama-sama. 

Di masa pandemi saat ini, “Dieng Culture Festival” tetap berjalan dan digelar pada September 2020.  Namun, berbeda dari sebelumnya, wisatawan hanya bisa melihat secara virtual melalui website resmi Dieng Culture Festival.

Exit mobile version