Setiap tanggal 11 Maret, masyarakat Indonesia biasanya memperingati Hari Kopi Nasional. Peringatan Hari Kopi Nasional ini diinisiasi oleh Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) yang juga terbentuk pada 11 Maret 2018. Dekopi merupakan lembaga yang berfokus pada mempopulerkan komoditas kopi dan memajukan industri kopi di Tanah Air.
Di Hari Kopi Nasional tahun ini, Sampaijauh.com berkesempatan bertemu dengan Anton Apriyantono, selaku Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian RI periode (2004-2010), dalam acara Banten Cup Taster Championship yang dihelat oleh Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Provinsi Banten di Gor Tarakinzaka, Tangerang pada Jumat (11/3).
Anton Apriyantono mengungkapkan bagaimana pertumbuhan industri kopi di Tanah Air saat ini. Ia pun menjelaskan bahwa industri kopi sedang berkembang di Indonesia.
“Kami merasa sangat gembira ya, bahwa kopi ini sekarang berkembang. Dan itu ditandai dengan semakin turunnya ekspor dan semakin tingginya konsumsi dalam negeri,” ungkap Anton kepada Sampaijauh.com.
Tak hanya komoditas biji kopi yang diekspor, kopi-kopi olahan juga diketahui telah merambah pasar global. Hal ini yang menambahkan bukti bahwa perkembangan kopi Indonesia terlihat berjalan baik.
Industri Kopi: Antara Sektor Hulu dan Hilir
Lebih lanjut, Anton juga menunjukkan bahwa dari sisi hilir, industri kopi berjalan bahkan tanpa sentuhan apapun. Berkembangnya kafe-kafe atau kedai kopi lokal menjadi indikator bahwa industri kopi tengah bertumbuh. Namun di balik itu, ternyata industri kopi nasional masih memiliki ragam tantangan.
“Kalau dari sisi hilir, kami sudah tidak khawatir. Tanpa banyak sentuhan pun, hilir itu sudah berjalan dengan baik. Tetapi yang kami masih concern itu di hulunya. Peningkatan produktivitas, kemudian pembinaan petani, penyediaan sarana dan prasarana, kemudian juga peremajaan, ini masih belum berjalan dengan seperti yang kita harapkan. Ini barangkali ke depan, kita harus fokus ke sini,” papar Anton.
Hilirisasi industri diketahui tengah menjadi program penting pemerintah. Pemberian nilai tambah pada produk industri agar bisa mempunyai harga dan daya saing produk di pasar global memang membutuhkan dukungan dari industri hulu (kebun kopi) hingga ke industri hilir (kedai kopi).
Selain masih kurangnya kinerja di industri hulu kopi, tantangan lainnya di industri kopi nasional berasal dari masih impornya Indonesia untuk kopi dari luar negeri. Meski Anton mengatakan impor kopi bukanlah suatu masalah, karena bila kebutuhan kopi hanya dipenuhi dalam negeri masih belum tercapai karena ketersediaan terbatas, namun Indonesia tidak bisa melakukan itu selamanya.
“Kalau menurut saya tidak ada masalah, sepanjang kita bisa menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Tapi ya ke depan gak bisa begitu terus. Kita dari dalam negeri ini juga seharusnya bisa menjadi suatu peluang, bahwa ini (kebutuhan kopi) bisa kita penuhi dari dalam negeri,” ujar Anton.
Tak hanya dari sisi masih banjirnya impor, Anton pun menyebutkan tantangan lainnya terletak pula pada sumber daya manusia (SDM) yang mengisi industri kopi nasional.
Untuk sektor hilir, Dewan Kopi Indonesia menilai bahwa sumber daya manusia, dari mulai ketersediaan barista hingga roaster, sudah berjalan dengan baik. Tantangan peningkatan SDM masih berputar di sektor hulu dan menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan.
“Di hulu ini yang kita masih prihatin, kekurangan petani yang skillful, kekurangan petani yang cukup punya modal, nah seperti itu yang ke depan harus kita tingkatkan,”
Yang Dibutuhkan Industri Kopi: Fokus dan Integrasi antar Lembaga Pemerintah
Melihat dan menyikapi ragam tantangan yang terlihat di industri kopi Indonesia, pihak Dewan Kopi Indonesia membeberkan ragam solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Fokus pada satu wilayah, dinilai anton menjadi kuncinya.
“Harusnya kita fokus per daerah, per wilayah, dikeroyok rame-rame. Apa, sih, kebutuhannya di sana? Kemudian para para pembimbing petani juga masih kurang , kelembagaan juga masih lembah, memang masih banyak sekali yang harus diselesaikan,” urai Anton.
Selain pemfokusan, Anton juga menyoroti bahwa untuk mengakselerasi kinerja industri hulu kopi nasional diperlukan integrasi antar lembaga pemerintahan.
“Misalnya Kementerian Pertanian kan ada, kemudian koperasi dan UKM ada, perdagangan ada, perindustrian ada. Dan ini kurang terpadu programnya.”
Pihak Dewan Kopi Indonesia pun sudah berupaya membangkitkan serta mengingatkan lembaga-lembaga terkait atas solusi yang bisa menjadi jalan keluar kendala industri kopi, “Tetapi ternyata belum sesuai dengan yang kita harapkan,” ujar Anton.
Tren 3rd Wave of Coffee Jadi Pengerek Industri Kopi Saat Ini
Kopi, dari bentuk bijih hingga sudah dalam bentuk minuman yang dinikmati berbagai kalangan, memiliki proses panjang dalam produksinya. Dan salah satu yang mendorong kinerja industri kopi saat ini karena adanya evolusi dalam tren konsumsi kopi atau yang disebut waves of coffee.
View this post on Instagram
Kini masyarakat bisa menikmati kopi lewat kedai kopi lokal yang sangat mudah dan banyak ditemukan. Berkembangnya industri FnB sektor kedai kopi berperan penting dalam mengakselerasi kinerja industri kopi nasional.
Anton pun mengonfirmasi pernyataan tersebut. Nyatanya 3rd wave of coffee memang bisa mendorong industri kopi nasional. Ibarat efek domino, tren konsumsi kopi saat ini memperbaiki industri kopi.
“Ini (3rd wave of coffee) mendorong konsumsi pada akhirnya. Konsumsi kemudian mendorong hulu untuk memperbaiki kualitas. Kemudian juga nanti dengan sendirinya, kita akan memiliki nilai tambah yang lebih baik,” ujar Anton.
Tentunya, pemberian nilai tambah adalah cita-cita bersama dalam program hilirisasi industri. Indonesia bahkan sudah menghentikan kegiatan ekspor barang mentah demi mendukung hilirisasi. Barang mentah seperti biji kopi pasalnya tidak dihargai lebih mahal ketimbah produk olahan barang setengah jadi hingga produk akhir.
Untuk komoditas kopi, Anton pun tak ingin barang mentahnya diekspor mentah begitu saja karena tak memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.
“Selama ini, banyak kopi-kopi kita dalam bentuk green bean saja diekspor. Nah itu nilai tambahnya kurang. Dan itu kalau kemudian di-roasting, disebar ke kafe-kafe, kan itu lebih banyak nilai tambahnya di sini,”
Lebih lanjut, Anton mengatakan komoditas kopi tak harus diekspor. Karena lebih menguntungkan bila dinikmati dalam negeri seperti yang disajikan oleh kedai kopi lokal yang merupakan bagian dari 3rd wave of coffee ini.
“Berkembangnya 3rd wave coffee ini kita senang melihat itu. Karena ini membawa dampak bahwa kopi-kopi kita, lebih banyak dinikmati di sini, bukan di luar,” tandasnya.
Harapan Dekopi: Indonesia Jadi Surga Para Penikmat Kopi Dunia
Sebagai yang ingin memajukan industri kopi Tanah Air, di hari ulang tahunnya, Dekopi mengusung tema menginginkan Indonesia menjadi surga para penikmat kopi dunia.
“Harapan kita sesuai dengan tema peringatan Hari Kopi Nasional tahun ini. Kita ingin Indonesia menjadi surganya para penikmat kopi dunia,”
View this post on Instagram
Sebagai penutup, Anton juga mengajak para menikmati kopi untuk menikmati kopi langsung di Indonesia, bukan ke tempat lainnya.
“Kalau mau kopi yang enak, merasakan kopi yang enak, datanglah ke Indonesia, bukan datang ke luar negeri tapi kemudian kopi Indonesia disediakan di sana. Orang datang ke sini, untuk menikmati kopi Indonesia,” tutup Anton.