Terletak di wilayah beriklim tropis, Indonesia dianugerahi berbagai pemenuhan energi alam yang berlimpah. Tentu ini bisa menjadikan peluang bangsa mengembangkan teknologi untuk Energi Baru Terbarukan (ETB) salah satunya adalah teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Untuk memanfaatkan energi surya, pemerintah sendiri telah membuat proyek PLTS di berbagai daerah, yang terbesar adalah Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Menurut catatan Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Desa Wineru memiliki sumber listrik atau panel surya terbesar di Indonesia. Kurang lebih 64.620 panel surya telah dibentangkan di atas lading seluas 20 hektar di wilayah desa ini. Pembangunan panel surya yang memakan waktu 1,5 tahun ini dapat menghasilkan listrik untuk 15.000 rumah tangga.
Selain itu, PLTS di Likupang ini berperan penting dalam mengurangi efek gas rumah kaca hingga 20,01 kiloton. Di sisi lain, potensi energi surya di Indonesia sendiri sekitar 4,8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp.
Sayangnya, saat ini jumlah besar tersebut baru bisa dimanfaatkan sebesar 10 MWp. Untuk meningkatkan manfaat dari energi surya, pemerintah telah mengeluarkan roadmap untuk menargetkan kapasitas PLTS terpasang. Target yang dicapai hingga 2025 diperkirakan sebesar 0,87 GW atau sekitar 50 MWp per tahun.
Diketahui, hambatan dalam mendorong PLTS di Indonesia terletak dari segi teknologi, ketika industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS.
Sel surya sebagai komponen utama dalam sistem PLTS sendiri masih diimpor dengan harga tinggi dari negara lain. Untuk itu beberapa perusahaan dari negara lain dilibatkan dalam mengembangkan PLTS, salah satunya adalah Vena Energy.
Perusahaan Listrik Negara sejauh ini telah melakukan kerjasama dengan Vena Energy untuk mengikuti tender PLTS di 3 lokasi di Pulau Jawa antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.