Primadona sektor pertambangan, yaitu nikel, ternyata tetap menghasilkan limbah. Material buangan dari proses peleburan bijih nikel di smelter disebut slag. Namun kabar baiknya, daur ulang limbah nikel bisa menjadi produk bermanfaat lain dengan metode pengolahan yang benar.
Sebagai surganya nikel, Indonesia menghasilkan 1 juta ton slag tiap tahunnya. Melansir website Kementerian PUPR, limbah nikel dikategorikan sebagai limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) kategori bahaya 2, dari sumber spesifik khusus. Lalu, gimana cara memanfaatkan limbah beracun ini?
Meski dikategorikan sebagai limbah B3, Kementerian PUPR dapat memberdayakan slag sebagai bakan baku pembuatan jalan. Dari berwujud cair, bentuk fisik limbah slag nikel menyerupai batu alam yang keras karena terkena kontak dengan air atau udara. Ini membuat slag berpotensi sebagai material untuk membangun jalan.
Terlebih, diketahui Kementerian PUPR akan membangun jalan baru hingga tahun 2030 meliputi 3.000 km jalan utama, 2.000 km jalan tol, dan 70 km jalan layang. Selain itu, slag nikel dimanfaatkan masyarakat dalam skala kecil sebagai bahan paving block dan batako.
Tentunya daur ulang limbah nikel sebagai bahan baku jalan harus melalui pengujian sesuai Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014. Dalam PP ini tertulis, pemanfaatan limbah B3 harus dilakukan pengujian untuk mengetahui kandungan zat berbahaya. Salah satu caranya adalah dengan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCPL).
Dari hasil pengujian TCPL, ternyata limbah slag nikel dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan pengganti agregat alam. Tentunya, untuk mengubah slag jadi bahan baku pembuatan jalan perlu proses pengolahan, ya.
Cara Mengolah Slag Nikel Jadi Bahan Baku Jalan
Proses utama dalam metode pengolahan limbah nikel adalah peleburan bijih nikel yaitu slag cair dengan temperatur berkisar ±1550°C langsung dikeluarkan melewati slag runner ke kolam granulasi (slag granulation pond). Kemudian slag cair yang mengalir akan mengalami pendinginan.
Nah, di proses pendinginan juga terdapat dua metode. Pertama, pendinginan secara mendadak dibantu dengan semprotan air bertekanan tinggi untuk memecah ukuran slag hingga terbentuk butiran-butiran. Kedua, pendinginan dengan udara, yaitu ukuran butir agregat limbah slag nikel bisa diatur dan ditentukan dengan alat pemecah batu (stone crusher).
Adapun slag nikel yang paling ideal untuk dijadikan bahan baku jalan ialah limbah slag nikel dengan sistem pendinginan udara karena memenuhi syarat minimum tes California Bearing Ratio (CBR). CBR adalah tes untuk mengetahui nilai kekuatan daya dukung lapisan, yaitu 90%. Sementara itu, slag nikel yang diperoleh secara pendinginan mendadak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan timbunan pilihan.
Cara mengolah limbah nikel ini perlu diperhatikan untuk dikembangkans sebagai bahan jalan. Ternyata, walaupun termasuk limbah B3, bila diolah dengan benar limbah nikel bisa jadi barang bermanfaat lainnya, ya, Sob.