Pemandangan Danau Sentani di Papua membuat pengunjungnya tidak ingin angkat kaki sesegera mungkin. Tidak hanya menawarkan keindahan alamnya, pada kawasan Danau Sentani menceritakan sebuah sejarah yang menarik untuk diteliti. Ya, mereka adalah peneliti Balai Arkeologi Papua. Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id para peneliti di tahun 2019 lalu sampai rela mendaki bukit, melewati padang alang-alang savana yang terlihat menantang demi mencapai tujuannya ke situs gua-gua prasejarah di sekitar danau tersebut.
Gua Tempat Singgah dan Persembunyian
Secara keseluruhan, tim arkeolog ini menemukan sebanyak empat gua, dimana pada suatu gua terdapat pecahan kecil gerabah dan serpihan tulang hewan. Siapa yang menempati gua tersebut? Dari cerita warga kampung Ayapo, gua ini ditempati oleh dua orang manusia sebagai tempat singgah karena telah melakukan sebuah pelanggaran adat. Dan dipercayai kedua orang tersebut berubah menjadi batu! Selain tempat singgah, gua ini juga dimanfaatkan warga sebagai tempat persembunyian pada Perang Pasifik.
Penemuan di Tahun 1979
Mari flashback ke tahun 1979 dimana penelitian arkeologi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional berhasil menemukan kapak lonjong dan manik-manik di Dobonsolo! Di tahun tersebut pula peneliti juga melakukan survei di situs megalitik Tutari.
Penemuan di Tahun 1995
Melanjutkan penelitian di situs Tutari di tahun 1995, para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mengidentifikasikan pola tata ruang sekaligus fungsi situs megalitik tersebut.
Kampung Asei
Pulau yang berada di Danau Sentani bernama Asei. Pulau ini dihuni oleh berbagai macam suku, lho. Menurut keterangan dari aparatur negeri sipil Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura sekaligus menjabat sebagai Kepala Seksi Pelestarian Adat Istiadat dan Seni Budaya, Kori Ohee, di Asei sempat ditemukan kapak batu berjumlah tujuh dan banyak pecahan gerabah.
Situs Prasejarah di Yomokho
Tidak jauh dari Asei, kamu akan menemukan situs Yomokho. Jika pernah datang ke Festival Danau Sentani, situs ini jaraknya hanya 200 meter saja dari Dermaga Kalkhote. Adapun penemuan di Yomokho yaitu moluska, arang, alat batu penokok sagu, fragmen gerabah, hingga fragmen tulang manusia. Dari hasil uji lab di Yomokho, sejak 2.950 tahun yang lalu sudah ditemui kehidupan di sana.