Tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih langgeng di kehidupan sehari-hari, meski edukasi mengenai kesetaraan gender sudah tersebar luas. Tentu dari tindakan keji tersebut terdapat dampak psikologi dan fisik bagi korban KDRT, Sob.
Menurut laporan WHO bertajuk Global and Regional Estimates of Violence Against Women disebutkan ada 30% perempuan secara global mengalami KDRT, baik fisik atau seksual yang dilakukan pasangannya.
Tak hanya secara global, di Indonesia pun juga terjadi, Sob. Menurut data real time yang dirilis oleh SIMFONI-PPA, di tahun 2023 ini terdapat 891 laki-laki melakukan KDRT.
Dengan jumlah pelaku ratusan, dapat dikatakan bahwa KDRT merupakan urgensi kolektif yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Kamu pun juga harus paham, Sob, berbagai dampak psikologi dan fisik dari seseorang yang mengalami KDRT.
Untuk melatih empatimu, mari kita simak deretan dampak yang bakal dialami oleh korban KDRT. Jangan sampai dirimu atau orang terdekatmu mengalami hal ini, ya!
Dampak Fisik dan Psikologi bagi Korban KDRT
Dikutip laman resmi NSW Government Communities and Justice, tentunya KDRT dapat memicu dampak fisik, salah satunya adalah cedera otak traumatis. Kondisi ini bisa terjadi jika ada pemukulan keras di bagian kepala atau jatuh lalu melukai kepala.
Gejala awal yang dialami oleh korban bisa seperti sakit kepala, pusing, mual dan muntah, bicara menjadi cadel, kehilangan ingatan, sukar konsentrasi, insomnia hingga hilang kesadaran.
Selain mencederai otak, beberapa dampak fisik ini juga sering terjadi:
- Memar luka;
- Masalah pencernaan;
- Masalah kesehatan jantung;
- Patah tulang;
- Cedera pada organ;
- Pendarahan internal;
- PMS (Penyakit Menular Seksual);
- Sakit kronis;
- Masalah seksual;
- Masalah imunitas tubuh;
- Gangguan makan;
- Susah tidur;
- Sakit kronis;
- Kematian.
Sedangkan menurut laman Healthyplace.com, terdapat dampak psikologi atau kesehatan mental bagi korban KDRT, antara lain:
- Malu;
- Kepercayaan diri menurun;
- Nggak berdaya dan bingung;
- Penurunan harga diri;
- Gangguan kecemasan;
- Stres dan depresi;
- Post-traumatic stress disorder (PTSD);
- Penyalahgunaan obat terlarang;
- Konsumsi minuman alkohol berlebihan;
- Dismorfia tubuh yang membuat pola makan nggak sehat.
Tak hanya itu, dampak psikologi bagi korban KDRT lainnya adalah mengisolasi dari kehidupan sosial, kurangnya kepercayaan pada orang lain hingga timbul trust issue. dan keinginan menghindari aktivitas yang sebelumnya digemari.
Bak gunung es, dampak psikologi ini tentu memengaruhi kegiatan mereka sehari-hari, Sob. Mulai dari menghambat seseorang untuk bekerja, kehilangan tempat tinggal, dan rasa takut kehilangan hak asuh atau kontek dengan anak-anak.
Cara Menghadapi KDRT
Tak ada yang ingin menjadi korban KDRT, Sob. Siapa saja dapat mengalami hal ini, baik perempuan atau laki-laki, terutama jika pasangan kamu toksik dan memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan. Ada baiknya, beberapa hal ini kamu lakukan jika mengalami KDRT:
1. Jaga Komunikasi dengan Pasangan
Cemburu, intoleransi, dan sifat pemarah sering menjadi pemicu dari KDRT. Salah satu cara pertama yang bisa kamu lakukan adalah menjaga komunikasi dengan pasangan.
Jika masih memungkinkan, bicarakan dengan pasangan atas apa yang kamu inginkan atau sebaliknya pula. Dari diskusi tersebut, buatlah komitmen satu sama lain yang disetujui secara adil.
Misal, kesepakatan untuk me time dengan teman lawan jenis. Apakah hal tersebut diperbolehkan? Jika diperbolehkan, sampai pukul berapa pasangan diizinkan untuk me time? dan lain sebagainya.
2. Minta Bantuan Orang Terdekat dan Profesional
Jika KDRT sudah terjadi dan kamu jadi korbannya, ada baiknya segera mencari bantuan orang terdekat yang kamu percayai. Bisa juga meminta bantuan ke profesional yang khusus menangani kekerasan dalam rumah tangga. Kunjungan ke profesional bisa membantumu dalam mencari solusi hingga menjadi support system.
3. Bila Perlu, Laporkan ke Pihak Berwajib
Kalau KDRT yang kamu alami sudah parah dan mengganggu kehidupanmu, lakukan visum 3×24 jam setelah kejadian. Selain lapor polisi, kamu juga bisa mengadukan ke lembaga lain seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan Komnas Perempuan. Untuk cara pelaporan di lembaga selain polisi, selengkapnya kamu bisa menyimak di artikel ini, Sob.
Sayangi orang terdekatmu, jangan sampai mereka terjerumus ke KDRT dan begitu juga dengan kamu, Sob. Karena dampak psikologi dan fisik bagi korban KDRT pun sembuhnya tak bisa cepat, ingat, you deserve better, ya.