Tidak dapat dipungkiri, dampak konflik Rusia-Ukraina mengakibatkan kerugian tak hanya untuk kedua negara, namun juga negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dampak yang dirasakan paling banyak adalah bidang ekonomi. Salah satunya yaitu harga bahan baku dan energi yang ikut terkerek naik, tentunya ini juga berdampak bagi industri yang produksinya menggunakan energi gas.
Mengenai bahan baku tersebut, sejauh ini Indonesia bergantung pada Ukraina, yaitu untuk pasokan gandum. Menurut data UN Comtrade, pada 2020 Ukraina memasok 23,51 persen gandum ke Indonesia, jumlah tersebut lebih banyak dari pasokan gandum dari Australia.
Di sisi lain, Rusia adalah negara produsen utama gas bagi negara-negara di Eropa, ketika tidak mengekspor gasnya maka akan menimbulkan kelangkaan gas alam dan membuat permintaan serta harga terkerek naik.
Di Indonesia sendiri, setidaknya ada 5 sektor industri yang bisa terkena dampak konflik Rusia-Ukraina. Apa saja sektor industri tersebut?
1. Industri makanan dan minuman
Memang, selain dari Ukraina, Indonesia juga mengambil pasokan gandum dari negara Australia. Namun dengan naiknya harga gandum global kini juga membuat ketar-ketir industri makanan dan minuman (mamin).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman mengatakan industri mamin telah berantisipasi mencari pemasok baru, agar tidak tergantung kepada Ukraina yang saat ini sedang mengalami peperangan dengan Rusia.
“Produsen tentu mulai komunikasi dengan pemasok lain. Juga jangka panjang perlu disiapkan bahan substitusi terigu,” kata Adhi, melansir dari Bisnis.com, Rabu (2/3/2022).
Selain kenaikan gandum, naiknya harga minyak dan gas dunia juga mengancam industri mamin. Dan, apabila harga terus naik dalam rentang waktu yang lama, maka dampaknya bisa besar dan meluas.
2. Industri otomotif
Baru saja industri otomotif berhasil unjuk gigi karena berhasil menembus pasar ekspor Jepang. Namun, dengan masih berlangsungnya serangan Rusia ke Ukraina, diprediksi dapat melemahkan industri otomotif dalam negeri.
Prediksi akan lemahnya produksi dalam negeri dikarenakan Rusia merupakan penyedia 40 persen kebutuhan paladium dunia saat ini. Paladium merupakan esensi penting yang digunakan sebagai input industri otomotif dan juga pembuatan chip. Dan jika konflik terus berlanjut, maka bahan baku untuk industri otomotif meningkat harganya.
3. Industri ban
Selain komponen otomotif, ban yang digunakan juga untuk industri alat berat juga berpotensi terkena dampak Rusia-Ukraina. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane mengatakan bahwa ekspor karet ke Rusia berpotensi terganggu. Sedangkan untuk kenaikan harga gas, meski sektor industri ban belum merasakan dampak signifikan namun mereka mulai mencermati perkembangan konflik ini.
4. Industri tekstil
Sejauh ini, pengusaha tekstil dalam negeri pun juga ikut mencermati perkembangan konflik Rusia-Ukraina. Pasalnya, konflik dua negara tersebut bisa memberikan kenaikan harga polyester dan juga harga minyak bumi.
Polyester diketahui terbuat dari senyawa ethylene glycol dan asam tereftalat yang dikombinasikan dengan polyethylene terephathalate (PET), yang berasal dari minyak bumi.
Selain harga polyester, harga kapas terkerek naik karena Amerika Serikat adalah pemasok utama kapas ke Indonesia, yang diketahui sudah menggantikan ladang kapasnya ke ladang jagung karena terimbas kenaikan harga minyak dunia.
Sekretaris jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan meski harga bahan bakar naik sejak tahun lalu, namun dampak konflik Rusia-Ukraina bisa menambah keberlanjutan naiknya harga.
5. Industri pupuk
Selain sebagai produsen besar paladium, Rusia juga merupakan eksportir terbesar amonium nitrat di pasar global, sekitar dua per tiga dari 20 juta ton produksi amonium nitrat tahunan dunia. Dan ketika Rusia menghentikan ekspor ini, maka pasokan amonium nitrat global bisa terganggu dan mengakibatkan harganya naik
Amonium nitrat adalah salah satu dari dua sumber utama pupuk nitrogen, dengan sumber utama nitrogen lainnya berasal dari urea. Amonium nitrat bisa digunakan dalam pupuk untuk meningkatkan hasil panen seperti jagung, kapas dan gandum.
Tentunya kenaikan harga amonium nitrat bisa membebani industri pupuk nasional serta bisa menciptakan efek domino ke sektor pertanian Indonesia.