Indonesia tampaknya memang direstui alam untuk menggapai cita-citanya menjadi pemain besar industri kendaraan listrik di tataran global. Pasalnya nggak hanya kaya akan nikel, ternyata Indonesia juga masuk dalam daftar negara produsen kobalt terbesar di dunia.
Sama pentingnya seperti nikel, kobalt yang dalam tabel periodik memiliki lambang Co dan nomor atom 27 ini bahan baku mentah dalam produksi baterai untuk digunakan kendaraan listrik.
Di tataran global, menurut data US Geologial Survery (USGS), dari total produksi kobalt di seluruh dunia sebanyak 190.000 metrik ton pada 2022, Indonesia menjadi produsen terbesar kedua di dunia dengan kontribusi 10.000 metrik ton. Angka ini juga diketahui naik dari tahun 2021, yaitu hanya 2.700 metrik ton.
Sementara di peringkat pertama daftar produsen kobalt terbesar di dunia ditempati oleh negara Kongo yang berkontribusi 130.000 metrik ton, atau setara 68,42% dari total produksi kobalt global. Produksi kobalt di Kongo meningkat dari 2021 yang sebanyak 119.000 metrik ton.
Hebatnya, di daftar 13 besar produsen kobalt di dunia, Indonesia berhasil mengungguli sejumlah negara maju seperti Rusia, Australia, Kanada, Tiongkok, hingga Amerika Serikat.
No | Negara | Jumlah Produksi |
1. | Kongo | 130.000 metrik ton |
2. | Indonesia | 10.000 metrik ton |
3. | Rusia | 8.900 metrik ton |
4. | Australia | 5.900 metrik ton |
5. | Kanada | 3.900 metrik ton |
6. | Kuba | 3.800 metrik ton |
7. | Filipina | 3.800 metrik ton |
8. | Madagaskar | 3.000 metrik ton |
9. | Papua Nugini | 3.000 metrik ton |
10 | Turki | 2.700 metrik ton |
11. | Moroko | 2.300 metrik ton |
12 | Tiongkok | 2.200 metrik ton |
13. | Amerika Serikat | 800 metrik ton |
Tak cukup puas dengan peringkat kedua, Indonesia berencana untuk menyalip Kongo sebagai penghasil kobalt terbanyak di dunia. Hal ini diungkapkan oleh pihak Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) yang mengatakan proyeksi produksi kobalt domestik diharapkan menyentuh kisaran 15.000 ton hingga 20.000 ton hingga akhir 2023.
Sementara itu, negara dengan cadangan kobalt terbanyak dunia masih dipegang oleh Kongo. Negara terluas kedua di benua Afrika ini memiliki cadangan kobalt sebanyak 4 juta metrik ton. Indonesia sendiri hanya punya cadangan sebesar 600.000 metrik ton.
Meski demikian, Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto memprediksi, produksi kobalt domestik Indonesia akan mampu melampaui torehan Kongo dalam jangka waktu 2−3 tahun ke depan.