Sobat pasti sudah nggak asing lagi bukan dengan istilah ‘SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok)’? Ya, istilah tersebut belakangan ini ramai diperbincangkan publik Indonesia. Nggak hanya menjadi buah bibir, ‘SCBD’ kini diidentikkan dengan tempat nongkrong anak muda dari wilayah Jabodetabek. Bahkan baru-baru ini, tempat nongkrong yang berada di Stasiun BNI, Sudirman, Jakarta Pusat ini menggelar Citayam Fashion Week.
Dalam gelaran Citayam Fashion Week tersebut, muda-mudi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Citayam, hingga Bojonggede (Bogor) ‘adu mekanik’ dengan memamerkan gaya berpakaian mereka masing-masing. Tentunya hal ini mengundang perhatian publik, banyak dari mereka (muda-mudi SCBD) tampil menggunakan fesyen nyentrik ala 90-an seperti memakai boot cut atau cutbray, sneakers klasik hingga cap atau topi.
Dengan antusias masyarakat yang begitu tinggi atas fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Stasiun BNI, Sudirman, Ketua Komite Pengembangan Jaringan Usaha Bidang UMKM/IKM DPN Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Euis Saedah, merespons fenomena tersebut dengan positif. Ia menuturkan, kegiatan tersebut menjadi sebuah pasar dan tempat promosi brand lokal dengan dana minim, bahkan tanpa biaya.
“Saya kira tidak ada low fashion pokoknya all fashion belongs to all, dengan munculnya seperti ini adalah sebuah pasar, promosi tanpa biaya,” tutur Euis.
Jika melihat dari segi positif, maka akan berdampak baik bagi pelaku industri fashion. Dirinya juga menilai bahwa Citayam Fashion Week selain para remaja ini ingin menunjukkan kebolehan dirinya dalam berbusana, namun secara tidak langsung dapat membantu UKM (Usaha kecil Menengah) untuk promosi di bidang fashion industry.
“Jadi kita coba lihat dari sudut positif, kalau kita lihat dari sudut positif semuanya akan bergerak menjadi positif,” terangnya.
Keuntungan dari kegiatan tersebut, banyak remaja rela untuk mengeluarkan modalnya untuk berbelanja pakaian yang mereka sukai. Begitupun dengan UMKM yang memanfaatkan momen tersebut agar semakin giat dan gencar untuk menyediakan pakaian yang menjadi referensi besar.
“Artinya mereka ada modal untuk mengeluarkan biaya dan mereka ingin menjual itu, menjual dalam arti mempromosikan. Mereka tidak berdagang tentunya ya, tetapi para remaja ini pasti akan senang. Produk-produk saya semakin ramai di street fashion, bukankah itu sebuah peluang pasar?” tutupnya.