Carma Citrawati: Mendigitalisasikan Lontar Kuno Bali Hingga Mendapat Penghargaan “Wikimedian of the Year”

Dilakukan sejak 2019.

Sumber Gambar : wikimedia.org

Sumber Gambar : wikimedia.org

Banyak cara yang bisa dilakukan muda-mudi di Indonesia untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat luas. Salah satunya yakni dengan pengarsipan digital, seperti yang dilakukan Carma Citrawati.

Ya, Carma Citrawati penulis serta aktivis sastra Bali yang banyak membantu Komunitas Bahasa Bali untuk diperkenalkan lontar kuno Bali ke masyarakat luas melalui media digital, Wikimedia. 

Bisa dibilang juga, wanita cantik asli Bali ini adalah salah satu pelopor atau pelaku digitalisasi dan penerjemah tulisan pada lontar kuno berbahasa Bali. Dalam upaya digitalisasi lontar kuno Bali tersebut, ia mengungkapkan harus berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan bagian dari pengalaman baru yang ia lakukan. 

“Mulai dari menulis artikel di Wikipedia, mengetik ulang naskah di Wikisource, hingga membuat Wiktionary bahasa Bali, dan berkolaborasi dengan komunitas lain, semuanya membuat saya terpesona,” ujar Carma seperti dikutip GNFI pada Minggu (15/8/2021). 

Carma juga menjelaskan jika dalam menyelamatkan naskah atau manuskrip masyarakat Bali ada dua cara. Pertama, dengan cara tradisional yatu merawat fisik manuskrip berupa lontar dengan melakukan konservasi dan pendataan. 

Kedua, dengan cara melakukan proses digitalisasi, di mana lontar-lontar kuno yang kondisinya baik dapat disalin secara digital, sedangkan lontar kuno tidak dirawat maka akan mengalami kerusakan bahkan hancur sehingga tidak bisa diarsipkan. 

Untuk proses digitalisasi sendiri membutuhkan beberapa tahap, yakni pertama menyiapkan alat digitalisasi seperti kamera, selembar kain untuk alas memotret dan lampu penerangan. Tahap kedua memastikan jika naskah siap untuk didigitalisasikan dengan cara memastikan aksara Bali dapat terbaca dengan jelas.

Tahap akhir membuat metadata untuk manuskrip, di mana hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi gambar serta informasi yang ada pada naskah. Sayangnya, banyak pemilik naskah di Bali tidak memiliki katalog untuk koleksi naskah mereka. 

Saat ini, ribuan lontar kuno Bali sendiri telah didata dengan berbagai kondisi, mulai dari kondisi baik, rusak ringan, hingga tidak bisa dibaca. Pendataan lontar kuno tersebut sedang gencar dilakukan oleh pemerintah Bali bersama berbagai penyuluh bahasa Bali yang ditugaskan di setiap desa di Bali. 

“Sekitar dua ribu lontar tersedia di WikiPustaka. Semua lontar bisa diakses, dibaca dan diketik dengan berbagai gaya huruf aksara Bali yang telah disediakan. Setelah itu, lontar diuji baca bersama,” lanjutnya.

Berkat usaha yang dilakukan Carma tersebut, pada tahun ini ia mendapat penghargaan Wikimedian of the Year, yaitu penghargaan untuk sukarelawan Wikimedia yang telah menyunting dan berkontribusi dalam membangun serta meningkatkan infrastruktur konten gratis untuk masyarakat melalui Wikimedia. 

Tidak hanya itu saja, sebelumnya Carma juga telah merilis buku berjudul Kutang Sayang Gemel Madui dan mendapat penghargaan Sastra Rancage. Mengenai penghargaan dari Wikimedia sendiri, Carma tidak sendirian, beberapa kontributor dari berbagai negara juga telah mendapatkan penghargaan serupa, antara lain  antara lain Alaa Najjar (Arab Saudi), Carmen Alcázar (Meksiko), dan Lodewijk Gelauff (Belanda).

Sekedar informasi saja, dalam mendigitalisasi lontar kuno Bali melalui Wikimedia telah dilakukan Carma sejak 2019.

Exit mobile version