Ilmuwan vaksin Astrazeneca aal Indonesia bernama Carina Citra Dewi Joe berhasil raih penghargaan Pride of Britain di London, pada akhir pekan kemarin. Pemegang salah satu hak paten milik vaksin Covid-19 Astrazeneca ini mewakili timnya untuk mendapatkan penghargaan tersebut.
Pride of Britain Awards sendiri merupakan ajang penghargaan yang diberikan kepada orang-orang atas pencapaian besar dalam membuat kondisi dunia bisa menjadi lebih baik. Penghargaan yang diperoleh ilmuwan vaksin Astrazeneca, Carina merupakan salah satu dari sejumah penghargaan yang telah dterima oleh tim vaksin Universitas Oxford.
Dirinya juga termasuk ke dalam orang yang bertanggungjawab dalam proses uji klinis vaksin Astrazeneca. Ia yang mengembangbiakkan virus yang berada di dalam sel (bioreactor).
Tidak hanya itu, ia juga yang bertugas untuk memurnikan virus dengan cara memisahkan virus tersebut dari sel inangnya agar menjadi vaksin murni.
Carina bisa dibilang sebagai salah satu sosok kunci dalam tim industri farmasi Inggris yang memproduksi vaksin Covid-19 dalam jumlah besar, yakni 1,5 miliiar yang didistribusikan untuk seluruh dunia dalam waktu yang singkat dan dapat digunakan secara masif.
Dalam hal ini, Ketua Tim Manufaktur, Dr Sandy Douglas pun mengakui dan memuji totalitas Carina Dewi Joe dalam riset vaksin Covid-19.
“Saya sempat sangat khawatir. Bagaimana bila Carina terkena virus corona? Akan terjadi bencana kalau itu terjadi karena kami perlu dia tetap bekerja,” ucap Sandy.
Ia juga mengatakan bahwa ada satu hal yang sangat tak biasa tentang apa yang dilakukan Carina, adalah ketika dia mengerjakan sendiri.
“Saya rasa perusahaan dengan skala manufaktur seperti Pfizer tidak akan begitu tergantung pada satu orang saja, mereka pasti punya tim orang yang berpengalaman sangat besar,” katanya.
Sebelum bekerja sebagai pemegang hak paten vaksin Astrazeneca, Carina Citra Dewi Joe sempat menempuh pendidikannya dalam bidang bioteknologi dan berhasil mendapatkan gelar PhD di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia.
“Setelah PhD, lanjut internship 7 tahun. Karena saya latar belakangnya industri, sementara apply ke postdoc Oxford, mereka senang sama background industri saya,” ucap Carina.
Adapun tidak hanya Carina saja, terdapat satu orang ilmuwan asal Indonesia bernama Indra Rudiansyah juga yang turut meneliti vaksin tersebut. Bedanya, saat di tim tersebut Indra merupakan kandidat PhD, sedangkan Carina Joe sudah mempunyai gelar tersebut.