Begini Cara Menentukan Hilal Awal Ramadan di Indonesia

Cara penentuan awal puasa di Indonesia.

Cara Menentukan Hilal

Foto ilustrasi orang yang sedang memantau hilal. Sumber: AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARAFOTO

Kurang lebih dua hari lagi kita akan kembali bertemu dengan bulan Ramadan. Bulan di mana umat Islam diperintahkan untuk menjalankan ibadah berpuasa. Dalam menentukan datangnya bulan yang satu ini, ternyata juga nggak sembarangan, Sob, karena harus melalui berdasarkan hasil pantauan hilal terlebih dahulu. 

Pada dasarnya hilal berasal dari kata wazan halla wa ahalla, artinya “tampak” dan “terlihat”, sedangkan kata hilal sendiri adalah bentuk mashdar dari kata halla. Jamaknya kata hilal adalah ahillatun, yang secara harfiah artinya “bulan sabit” atau bulan yang terlihat pada awal bulan atau layaknya warna putih yang terdapat pada pangkal kuku.

Dilansir CNN Indonesia, hilal merupakan fase bulan sabit yang digunakan sebagai penanda awal bulan pada kalender hijriyah atau kamariah. Pada dasarnya tahapan awal bulan bentuknya sangat tipis sehingga diperlukan pengamatan lebih jeli lagi. 

Hilal yang paling muda bentuknya seperti sebuah lengkungan yang sangat tipis dari cahaya bulan. Perihal usia panjang busur hilal tergantung pada lengkungannya, Sob. Apabila semakin pendek lengkungan busurnya, maka makin muda usia hilal tersebut. 

Cara Menentukan Hilal di Indonesia

Di Indonesia sendiri, pemantauan hilal dilakukan dari beberapa daerah. Menurut buku “Hisab dan Rukyat” karya Riza Arfian Mustaqim sebagaimana dilansir Republika, praktik rukyatul hilal di Indonesia berawal sejak Islam masuk ke Nusantara. Tepatnya pada abad pertama Hijriah. 

Jadi, untuk melihat datangnya bulan Ramadan, umat muslim diwajibkan untuk melihat hilal sebagai penentu masuknya bulan puasa Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.

Untuk menentukan hilal, organisasi Islam di Indonesia seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) punya kriteria tersendiri, Sob. Dalam hal ini biasanya cara menentukan hilal di Indonesia seperti Muhammadiyah akan menggunakan kriteria wujudul hilal yang dilihat dari bulan terlambat terbenam daripada matahari.

Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) yang di antaranya termasuk pemerintah menentukan hilal dengan cara inkan rukyat. Apabila menggunakan teknik ini diperlukan syarat tertentu agar hilal tampak mengalahkan cahaya senja. 

Disamping perbedaan teknik melihat hilal dari kedua organisasi Islam di Indonesia ini, pakar Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia sendiri sudah punya kriteria yang sesuai dengan MABIMS. Sekadar informasi tambahan, MABIMS merupakan kumpulan Menteri Agara, Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia, dan Singapura. 

Berdasarkan data global, kriteria yang dimaksud adalah dengan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Namun perlu diingat teknik ini hanya digunakan pada NU dan pemerintah saja, Sob. Soalnya seperti yang dikatakan sebelumnya Muhammadiyah memakai metode yang berbeda. 

Hilal bisa dilihat dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu. Nah, untuk mengetahui letak hilal biasanya dilakukan oleh beberapa orang, di antaranya terdiri dari dua orang yang akan menjadi saksi sekaligus pelapor dalam pemantauan hilal. Hal ini disebut juga sebagai perukyat hilal.

Menjadi perukyat hilal, harus mengetahui pasti bagaimana  proses melihat hilal, mulai dari kapan waktunya, di mana tempatnya, berapa lama pemantauan hilal, di mana letak, arah posisi hilal, hingga bagaimana kondisi dan cuaca langit saat hilal mulai terlihat.

Exit mobile version