Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah terbesar yang ada di Indonesia. Kemegahannya berhasil pukau wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Dibalik kemegahannya tersebut, ada kisah unik yang muncul dari candi ini. Yap, konon, nenek moyang membangun Candi Borobudur pakai telur sebagai ganti semen untuk merekatkan batu.
Jika dibayangkan, hal ini sepertinya mustahil untuk dilakukan. Bayangkan ada berapa telur yang dibutuhkan untuk merekatkan tumpukan candi tersebut? Sepertinya butuh sumbangan telur dari beribu kampung. Terlepas dari hal tersebut, mari kita simak penjelasan mengenai putih telur yang dijadikan perekat Candi Borobudur.
Dikutip Skala Cerita, secara teori, telur rupanya dapat dijadikan campuran mortar untuk menghambat penguapan air. Telur mengikat air agar bertahan dengan semen selama mungkin agar tidak cepat mengering. Putih telur juga dapat meningkatkan konsistensi, kekompakan, daya tahan dan mengurangi risiko retak pada mortar.
Praktik mencampur bahan organik ke semen atau mortar (perekat antara batu dan bata) sebenarya bukan hal yang aneh. Sebab hal ini juga sering dilakukan dan didiskusikan oleh berbagai peneliti. Beberapa bahan organik yang kerap digunakan adalah telur, putih telur, lemak hewan, hingga ketan alias sticky rice.
Walau praktik tersebut sudah beredar di masyarakat, namun apakah benar Candi Borobudur pakai telur untuk merekatkan antar batuannya?
Menurut pakar pengkaji dan pelestari Borobudur, Brahmantara dirinya tidak mengetahui bahwa ada narasi soal pembangunan candi yang memakai putih telur. Berdasarkan catatan yang berbicara tentang Candi Borobudur juga nggak ada yang menyebutkan pada bangunan tersebut terdapat bahan putih telur.
Faktanya, batu Candi Borobudur disusun menggunakan teknik penguncian (interlock). Teknik ini menyerupai puzzle jigsaw. Kamu bisa melihatnya melalui susunan batu candi dari yang paling bawah hingga ke pintu gerbang.
“Secara teknis sambungan-sambungan itu sudah menggunakan sistem interlock. Jadi tipe-tipe sambungan itu semua tersistem dengan baik. Arsitek maupun engineer di masa itu sudah mempertimbangkan beberapa teknik kuncian,” papar Brahmantara.
Perlu kamu ketahui, nih, teknik sambungan ini merupakan teknologi maju dalam dunia konstruksi yang pernah digunakan pada abad ke-8. Kira-kira apa saja bentuk teknik interlock yang dipakai dalam membangun Candi Borobudur? Simak penjelasannya berikut ini!
1. Sambungan yang pertama terlihat seperti ekor burung. Sambungan jenis ini dapat ditemukan pada setiap batu di dinding candi.
2. Sambungan Takikan. Jenis sambungan satu ini terdapat di bagian hiasan kepala kala, relung, dan gapura.
3. Sambungan alur dan lidah. Jenis sambungan satu ini dipasang di pagar selasar dan batu ornamen Makara di bagian kanan dan kiri tangga serta selasar.
4. Sambungan purus dan lubang. Jenis sambungan yang terakhir ini bisa kamu lihat pada batu antefik, yakni hiasan di luar candi yang berbentuk segitiga meruncing. Selain itu, sambungan purus dan lubang bisa kamu temui pada kemuncak pagar langkan.
Menurut peneliti dan literasi sejarah Candi Borobudur, rupanya tak ada jejak telur atau putih telur, kok. Jadi semua itu hanya mitos, ya. Yang nggak mitos ada satu, sih, yakni harga telur di Indonesia naik, Sobat. Simak berita tentang kenaikan harga di Indonesia melalui link berikut ini, ya!