Setelah Anne Avantie, sosok perempuan Indonesia yang kembali terpilih menjadi sosok Global Role Model Barbie adalah Butet Manurung, seorang aktivis pendidikan yang juga penggagas Sokola Rimba.
Pengumuman terpilihnya 12 sosok Global Role Model Barbie, termasuk Butet Manurung, diungkap oleh akun Official Instagram Barbie. Pemilih sosok Global Role Model Barbie diketahui untuk merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2022.
“Sebagai bagian perayaan Hari Perempuan Internasional, kami memberikan penghormatan terhadap 12 perempuan pengusaha dan sosok panutan dunia dengan cara membuat boneka Barbie istimewa yang merepresentasikan sosok mereka masing-masing,” tulis Barbie dalam unggahan di Instagram @barbie, Rabu (2/3).
Selain Butet Manurung dari Indonesia, ada juga deretan perempuan-perempuan hebat lainnya di dunia di antaranya produser Amerika Serikat Shonda Rhimes dan pendiri Women’s Startup Lab, Ari Horie.
Barbie Role Model merupakan campaign dari perusahaan pembuat boneka yaitu Barbie, di mana hal ini untuk menginspirasi anak-anak perempuan seluruh dunia untuk tetap mengejar impiannya tanpa perlu takut jurang penghalang impian.
Mendapat apresiasi dari perusahaan boneka asal Amerika Serikat tersebut, Butet pun mengaku senang karena bisa menjadi representasi dari Indonesia.
“Harapan saya untuk semua anak-anak perempuan agar percaya dengan kemampuan diri, kamu dapat menjadi apa saja yang kamu cita-citakan…mengutip Paulo Coelho, ‘ketika kamu menginginkan sesuatu, semesta akan bersatu mendukungmu menggapai itu’,” tulis Butet di Instagram @butet_manurung, Kamis (3/3).
Kisah Inspiratif Butet Manurung
Sosok Butet, sama inspiratifnya dengan Anne Avantie dan deretan perempuan Indonesia inspiratif lainnya. Dirinya mendirikan Sokola Rimba atau sekolah rintisan untuk anak-anak Orang Rimba, Suku Anak Dalam, di belantara Jambi pada 2003 lalu. Sokola Rimba ini memberikan pendidikan di masyarakat adat atau suku terpencil di Indonesia.
Kini Sokola Rimba bertransformasi menjadi Sokola Institute dengan merintis 17 program di seluruh Indonesia dan memberikan manfaat lebih kepada 15.000 masyarakat adat agar dapat mengenyam pendidikan formal.
“Sejak kecil saya bercita-cita ingin bekerja di tengah hutan, gunung atau apa saja yang penting di tengah alam. Saya sangat takut bekerja di dalam kantor dan duduk melulu,” ujar Butet Manurung, dilansir dari website Universitas Padjadjaran, unpad.ac.id.
Butet diketahui merupakan alumni dari Universitas Padjajaran pada dua program studi yaitu Antropologi dan Sastra Indonesia.
Kecintaannya terhadap antropologi membantu Butet dalam memahami seluk beluk dan kebudayaan Suku Anak Dalam, sehingga dapat membantunya kala merintis pendirian Sokola Rimba di pedalaman hutan Jambi. Di antaranya harus belajar keras bahasa adat untuk bisa berkomunikasi, memakai pakaian (kemben) dan hidup seperti masyarakat adat dari mulai ikut berburu dan memakan hewan apa saja yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk bisa mendekati orang Orang Rimba terlebih dahulu.
Dan segala usaha Butet pun berbuah manis dengan suksesnya Sokola Institute yang kini nyata membantu banyak masyarakat adat yang ada di Indonesia dalam bidang pendidikan. Tentunya kegiatan relawan di Sokola Institute saat terjun di lapangan menjadikan nilai-nilai antropologi sebagai kultur utama.
“Saya sangat mencintai Antropologi. Menurut saya upaya kita mengenal budaya orang lain, justru membantu kita lebih mengenal diri sendiri. Ibarat kita kalau ke luar negeri, malahan kita semakin cinta tanah air kita, begitu kira-kira,” tandas Butet.