Sejak pandemi Covid-19, berbagai negara di dunia termasuk Indonesia mengharuskan tiap warganya untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas ataupun berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Namun, anjuran untuk memakai masker sekali pakai menimbulkan masalah baru berupa limbah medis COVID-19. Untuk mengatasi hal ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun langsung merespon hal ini dengan membuat teknologi daur ulang limbah medis Covid-19.
Teknologi daur ulang limbah medis Covid-19 sendiri sudah diuji dan terbukti berhasil mengatasi limbah berbahan bahaya serta beracun (B3). Teknologi tersebut dikhususkan untuk mengatasi limbah medis berskala kecil dan mobile dengan menggunakan Plasma Nano-Bubble, untuk limbah cair, Plasma untuk limbah padat, dan Pelletizing serta Re-kristalisasi untuk limbah plastik medis.
Sementara itu, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelaskan untuk pengolahan limbah jarum suntik yang digunakan pasien Covid-19 menggunakan mesin daur ulang APJS GLO Destromed 01 Needle Destroyer yang telah memiliki izin edar dan paten.
“Ada beberapa teknologi yang proven yang dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan. Khususnya, teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile,” ujar Tri Handoko secara virtual melalui YouTube Sekretariat Kabinet RI.
Teknologi yang diciptakan tersebut, menurut Kepala BRIN cocok untuk menjangkau daerah-daerah yang penduduknya sedikit. Sedangkan untuk membangun incinerator yang besar dibutuhkan dana yang besar karena harga yang mahal dan terkendala dengan pengumpulan limbah yang terpusat.
Selain itu, teknologi daur ulang limbah medis karya anak bangsa ini juga berpotensi memunculkan nilai tambah dan ekonomi baru dalam meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan, karena ada insentif finansial dari sisi bisnis yang dapat mengurangi biaya pengolahan limbah.
Diketahui, alat penghancur atau daur ulang APJS GLP Destromed 10 Needle Destroyer juga mampu menghasilkan residu berupa stainless steel murni. Kepala BRIN, menambahkan jika 4,1 persen rumah sakit yang memiliki fasilitas incinerator berizin dan baru, terpusat di Pulau Jawa dan distribusinya pun belum merata.
Ke depan, Tri Handoko berharap inovasi teknologi dapat dimanfaatkan untuk masalah pengolahan limbah medis dan dapat memberikan motivasi, meningkatkan kepatuhan dan menciptakan potensi bisnis baru bagi para pelaku usaha skala kecil.