Emisi karbon secara global pada 2021 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (2020). Hal ini terungkap berdasarkan catatan International Energy Agency (IEA), di mana organisasi antar pemerintah otonom yang berbasis di Paris ini mencatat emisi karbon naik sekitar enam persen pada 2021.
Dari catatan tersebut, peningkatan emisi karbon secara global terjadi hampir di seluruh negara dan berasal dari pembakaran batu bara serta gas alam. Adapun negara-negara yang paling tinggi polusinya antara lain Brasil, China, India, Amerika Serikat dan beberapa negara-negara di Eropa.
Melihat hal ini, alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membangun sebuah perusahaan rintisan bernama Bio Energi Indonesia (Bionersia) sebagai solusi untuk mengatasi emisi karbon.
Lalu, apa sih emisi karbon itu? Emisi karbon merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon seperti C02, solar, bensin, LPG dan bahan bakar lainnya. Fenomena dari emisi karbon sendiri merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi.
Dengan hadirnya Bionersia diharapkan dapat memanfaatkan biogas di Indonesia untuk mereduksi emisi gas rumah kaca atau emisi karbon. Apalagi biogas telah menjadi salah satu energi alternatif yang dapat menjamin kebutuhan energi masyarakat Indonesia.
Energi biogas dapat dihasilkan dari limbah organik, baik itu kotoran ternak atau limbah dapur yang telah melewati proses penguraian di ruangan kedap udara. Mengenai komponen utama energi biogas berasal dari gas metana dan karbon dioksida, keduanya dapat dibakar dan melepas energi yang kemudian dapat dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Almira Ose selaku Chief Executive Officer, menilai saat ini urgensi pemanfaatan biogas di Indonesia sangat besar karena kadar gas metan menyumbang polusi 25 kali lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida.
Biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar berbasis fosil dan sumber biogas bisa didapatkan dari limbah pertanian dan peternakan. Selain itu, untuk mendapatkan energi biogas dari peternakan sangat mudah di Indonesia, mengingat sapi potong di Indonesia berjumlah kurang lebih 20 juta ekor, ditambah lagi dengan jenis sapi perah atau hewan ternak lainnya.
Selain itu, perusahaan rintisan yang didirikan oleh Almira Ose (Chief Executive Officer), Radian Indra (Chief Technology Officer), dan Mohammad Barel Toriki (Chief Operating Officer) ini sangat peduli terhadap isu-isu lingkungan, terutama pemanasan global.
Maka dari itu, Bionersia menawarkan produk teknologi di bidang energi baru terbarukan (khususnya biogas yang berasal dari kotoran sapi) yang terdiri dari generator set (genset) biogas, alat purifikasi, bio digester atau reaktor dan sistem kontrol berbasis Internet of Things (IoT).
Produk bio digester dari Bionersia berbeda dengan produk bio digester lainnya, di mana cara kerjanya dapat dilakukan secara otomatis. Bio gester sendiri berfungsi untuk mengolah limbah kotoran sapi menjadi biogas. Alat ini membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas.
Selanjutnya, kotoran sapi tersebut akan difilter kembali melalui alat purifikasi untuk menyaring zat-zat yang tidak diperlukan, seperti H2S. Sehingga biogas yang dihasilkan memiliki kadar yang lebih tinggi.
Kemudian, biogas yang sudah melewati alat purifikasi akan dialirkan ke kompor biogas yang dapat menjadi alternatif sumber listrik. Untuk menjadi sumber listrik alternatif, kompor biogas ini diubah terlebih dahulu melalui genset biogas.
Terakhir, sistem kontrol berbasis IoT dari Bionersia dapat digunakan sebagai pengatur suhu, tekanan, dan arus listrik yang ada pada alat-alat tersebut. Bagi Sobat SJ yang ingin mendapatkan produk Bionersia, bisa nih langsung berkunjung ke akun Instagram resmi @bionersia.
Pihak Bionersia sendiri akan memberikan garansi tiga bulan untuk pemeliharaan dan kerusakan pada produknya.