Siapa yang sudah tahu mengenai Satelit Satria-1? Yaps, satelit terbaru Indonesia ini telah diluncurkan pada Juni lalu di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Satelit ini berguna sebagai sarana telekomunikasi yang mampu menjangkau ke daerah pelosok di Indonesia. Lantas bagaimana cara memastikan bahwa layanan Satelit Satria-1 berjalan dengan baik?
Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai satelit milik Indonesia ini, Sampaijauh akan menjelaskan sedikit nih, Sob. Jadi, Satelit Satria-1 dilengkapi dengan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS), yaitu teknologi yang menawarkan kapasitas yang jauh lebih tinggi ketimbang High Throughput Satellite tradisional, yang biasanya beroperasi dalam kisaran gigabit per detik (Gbps).
Satelit VHTS biasanya menggunakan teknik penggunaan kembali (reuse) spektrum frekuensi radio yang sangat maju dan dapat memaksimalkan lebar pita frekuensi radio yang tersedia sehingga jangkauan titik/lokasinya dapat lebih banyak.
Kemunculan satelit ini diharapkan mampu dioperasikan pada Triwulan IV – 2023. Untuk bisa mengoperasikan satelit ini dibutuhkan dukungan dari stasiun bumi di Indonesia. Fungsinya sebagai infrastruktur penghubung komunikasi dari satelit ke bumi dan sebaliknya.
Lokasi Persebaran Satelit Satria-1
Lokasi stasiun Satelit Satria-1 di Bumi tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sekadar informasi, Stasiun Bumi yang difungsikan sebagai stasiun pengendali maupun hub ini akan melayani Stasiun Bumi Kecil atau remote stasiun yang berlokasi pada titik-titik di mana akses internet diperlukan.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi beserta perubahan dan seluruh peraturan pelaksanaannya, penyelenggaraan telekomunikasi Indonesia dibedakan menjadi dua kategori sesuai wilayah layanannya. Pertama, penyelenggaraan telekomunikasi berdasarkan wilayah layanan secara geografis dan ekonomis yang sudah berkembang (profitable/menguntungkan) atau non-WPUT (non-Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi).
Kedua, penyelenggaraan telekomunikasi khusus di wilayah geografis terpencil dan ekonomi belum berkembang. Dipastikan daerah tersebut masih membutuhkan biaya pembangunan tinggi, seperti di kawasan perintisan, pedalaman, pinggiran, atau daerah lain yang ekonominya kurang menguntungkan.
Nama lain dari daerah tersebut adalah penyelenggaraan telekomunikasi di wilayah komersial atau non-USO (non Universal Service Obligation) dan penyelenggaraan telekomunikasi non-komersial atau USO.
Berdasarkan informasi, Satelit Satria-1 mempunyai kapasitas yang besar. Bahkan besarnya dikatakan mampu melayani 150.000 titik lokasi yang tersebar di seluruh Nusantara, yaitu 19.400 berada di Jawa, 54.400 titik ada di Sumatra, 19.300 titik terdapat di Kalimantan, 23.900 titik menyebar di Sulawesi dan Papua, 18.500 titik terdapat di Maluku, sedangkan sisanya tersebar di Bali dan Nusa Tenggara.
Nah, dari 150.000 titik yang dilayani oleh Satelit Satria-1, harus dipastikan pula bahwa seluruh jumlah kawasan yang ada mesti benar-benar berada di wilayah non-komersial (WUPT). Jangan sampai justru ada titik lokasi yang berada di wilayah komersial.
Mengapa Perlu Diperhatikan Sedemikian Rupa?
Sebab pada wilayah komersial atau non-WPUT adalah kawasan layanan bagi penyelenggara jaringan dan/atau penyelenggara jasa telekomunikasi. Nah, apabila Satelit Satria-1 juga menjangkau kawasan non-WPUT, maka dampaknya bisa mengganggu iklim berusaha bagi para operator telekomunikasi komersial.
Jadi, sudah sepatutnya sebelum satelit baru milik Indonesia satu ini benar-benar beroperasi, maka yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah keseluruhan titik lokasi yang bakal dilayani terletak dalam ruang lingkup wilayah non-komersial atau WPUT. Hal ini pun ternyata disebutkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi.
Bagaimana, Sob? Jadi, sudah jelas bukan hal-hal tadi merupakan penjelasan bagaimana cara untuk memastikan layanan Satelit Satria-1 berjalan dengan baik. Semoga satelit ini bisa benar-benar menjangkau ke sejumlah daerah terpencil di Indonesia, ya, Sob.