Perut bumi sejauh ini memang banyak menyimpan ‘harta karun’ yang sangat berharga bagi manusia. Di antaranya terdapat seperti mineral, batu bara, nikel, dan lain sebagainya.
Belakangan ini juga sempat ramai diperbincangkan mengenai komoditas emas hitam yang berasal dari permukaan dalam bumi. Perannya pun sangat sentral dalam keberlangsungan energi di Tanah Air.
Sedangkan hasil bumi berupa nikel, perlahan menjadi “primadona” di Tanah Air maupun secara global. Pasalnya, saat ini cadangan nikel di Indonesia telah mencapai 21 juta ton, yang artinya menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Pada 2021 sendiri, Indonesia berhasil mengekspor bahan baku baterai mobil listrik atau bahan nikel dengan nilai $444,2 juta. Selain itu, ada juga cadangan timah yang mencapai 2,23 juta ton.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM mengenai umur cadangan bijih nikel Indonesia bisa mencapai 73 tahun untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5 persen atau bijih nikel limonit.
Untuk mengetahui umur cadangan bijih nikel limonit dapat dilihat berdasarkan jumlahnya yang bisa mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.
Sementara itu, pada tahun 2022 Kementerian ESDM juga menargetkan produk olahan nikel di angka 2,58 juta ton. Target tersebut nantinya ditopang melalui produksi Fetronikel sebesar 1,66 juta ton, nickel pid iron 831.000 ton dan nickel matte sebanyak 82.900 ton.
Dengan adanya potensi cadangan nikel Indonesia yang berlimpah ini bisa mendatangkan sejumlah perusahaan pertambangan batu bara untuk melakukan bisnis, terutama nikel di Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bawa Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, perluasan bisnis batu bara ke pertambangan nikel dipengaruhi oleh rencana bisnis jangka panjang bagi perusahaan dan ekosistem kendaraan listrik yang kini sedang di galakkan di Tanah Air.
“Bagi perusahaan batu bes, berkah dari harga komoditas akhir-akhir ini sebagian digunakan untuk investasi dan investasi ke ekosistem kendaraan listrik. Dan nikel menjadi sala satu yang paling menjanjikan,” ujarnya.
Selain nikel, cadangan sumber daya dari perut bumi Indonesia juga terdapat banyak batu bara. Menurut data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM, produksi batu bara Indonesia per 11 Maret 2022 mencapai 85,59 juta ton atau setara dengan 12,91 persen dari target produksi yang ditentukan yakni 66,3 ton.
Sementara melihat dari realisasi ekspor batu bara per 11 Maret di tahun ini sebanyak 20,69 juta ton. Yang mana hal ini lebih berkurang dibandingkan target yang telah ditetapkan, yakni 497,2 juta ton.
Selain itu, jika melihat dari sisi produksinya, perusahaan batu bara akan tetap memproduksi sesuai dengan umur cadangan batu bara. Mengingat diperkirakan permintaan batu bara dari pasar Eropa akan meningkat. Dalam hal ini, Indonesia menjadi pemasok pengganti dari batu bara Rusia di Uni Eropa.