Batik Sumari: Batik Khas Kota Batu yang Digemari Masyarakat Belanda

Harganya mulai Rp100 ribu hingga Rp50 juta.

Batik Sumari

Batik Sumari asal Kota Batu. (Foto: batiksumari.wordpress.com).

Bicara mengenai batik, ternyata tidak hanya batik dari Solo, Yogyakarta, Jakarta, dan Pekalongan saja yang banyak disukai oleh masyarakat luar negeri. Batik dari wilayah timur Jawa, yakni Batik Sumari pun ternyata banyak diminati oleh para pelancong dari luar negeri. 

Hal ini diketahui melalui catatan gelaran Expo Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusantara Batu Hybrid yang diselenggarakan pada tahun 2022 lalu. Yups, Batik Sumari yang merupakan batik khas Kota Batu, Jawa Timur ini banyak menarik pecinta batik karena memiliki ciri tersendiri, yakni motif buah apel dan jeruk punten. 

Untuk warnanya sendiri, batik yang dimiliki oleh pembatik bernama Sumari ini memiliki ciri khas lebih berwarna dibandingkan dengan batik Solo atau Yogyakarta. Dengan menonjolkan warna merah dan perpaduan oranye, batik khas Kota Batu ini terlihat cukup mentereng. Tidak hanya itu saja, batik ini juga biasanya mengkombinasikan warna hijau dan biru agar terlihat lebih tenang dan adem. 

“Warna merah dengan perpaduan oranye ini supaya greget, sedangkan yang hijau dan biru ini supaya lebih tenang dan enak dilihat,” jelas Sumari seperti dikutip GNFI. 

Dalam pewarnaannya, Sumari sendiri hanya menggunakan sedikit campuran kimia yang dicampur bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hingga buah-buahan. Dengan menggunakan pewarna alami tersebut, warna batik yang ia buat pun terlihat semakin cantik. 

Sumari juga mengaku, jika karya-karyanya banyak menggambarkan motif buah apel dan jeruk punten yang merupakan ciri khas Kota Batu. Agar terlihat lebih menarik lagi, Sumari pun sering memadukannya dengan gambar para penari dan juga anak-anak. 

Dengan motif tersebut, batik buatannya pun semakin digemari para pembeli, baik konsumen lokal maupun luar negeri. 

Selain itu, dalam pembuatannya batik yang diproduksi di Jl Arjuna Gang 3 RT 14, RW 3, Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini terbilang cukup lama. Sumari mengaku butuh waktu berkisar tiga bulan lamanya atau tergantung kerumitan motif untuk membuat satu kain batik. 

Lamanya proses pembuatan batik dikarenakan proses pewarnaan. Pada proses pewarnaan tersebut, ia harus mengulang beberapa kali untuk mempertegas warna pada batik.

 “Satu bulan saya bisa menghasilkan kurang lebih 200 lembar,” jelasnya. 

Mengenai harganya sendiri cukup bervariasi. Hal ini disesuaikan dengan proses dan kualitas kain. Untuk batik berukuran lebar 1,2 meter dengan panjang 2 meter bisa dijual mulai dari Rp100 ribu sampai Rp50 juta. 

Saat ini, Batik Sumari pun sudah banyak diekspor ke Belanda. Pasar di ‘Negeri Kincir Angin’ tersebut diakui sangat baik. Pembeli dari Belanda kebanyakan tidak hanya membeli saja, melainkan juga ikut belajar membuat batik. 

“Pembelinya orang Belanda dan ternyata batik khas Kota Batu dengan motif apel sangat terkenal di Belanda,” tambahnya.

Dengan mulai banyaknya pemesanan, Sumari pun tidak takut jika batik yang ia buat dibajak oleh orang lain. Ia malah mengatakan bangga bisa memberikan motivasi bagi pembatik lainnya untuk berkarya. Baginya, kreativitas tidak bisa dibajak persis. Karena ia yakin karya yang ia buat berbeda dengan karya yang orang lain buat.

Exit mobile version