Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang kini semakin populer di kancah internasional. Batik memiliki berbagai macam motif yang disesuaikan dengan ciri khas daerah masing-masing. Namun, satu dari sekian banyak batik ada yang digemari hingga mendunia, loh, namanya batik ecoprint.
Sesuai dengan namanya, ecoprint berasal dari kata ‘eco’ atau ekosistem yang artinya lingkungan hayati atau alam, sedangkan ‘print’ artinya cetak. Jadi, ecoprint merupakan batik yang dicetak dengan menggunakan aneka ragam motif. Corak yang paling sering dipakai adalah tentang lingkungan atau alam seperti daun, bunga, dan batang pohon.
Dari banyaknya pengusaha batik ecoprint di Indonesia, satu diantaranya sukses tembus pasar internasional. Nama label tersebut adalah Batik Prateshi karya Pintya Dwani. Usaha batik ecoprint yang telah berdiri sejak 2018 ini telah sukses mendunia, Sob!
Berkat kerja sama antara produksi dengan pihak ketiga, akhirnya batik satu ini berhasil tembus pasar global, dan negara-nagara yang menjadi bagian dari target meliputi Malaysia, Singapura, Filiphina, Korea Selatan, Jepang sampai ke Uni Emirat Arab. Secara total keseluruhan omzet dalam sehatun, Batik Prateshi bisa memperoleh dari Rp250 juta sampai Rp290 juta.
Keberhasilan ecoprint Batik Prateshi nggak lepas dari upaya-upaya berinovasi untuk terus menciptakan motif terbaru. Dalam memperbaharui motifnya, ia mengambil inspirasi dari berbagai macam daun, bunga, dan batang pohon yang berasal dari tempat tinggalnya di Semarang.
“Jadi saya menanam sendiri tanaman sesuai dengan motif yang diinginkan, baik itu di rumah saya maupun di rumah para pengrajin,” ujarnya.
Selain produksi batiknya yang telah mencapai ke mancanegara, kini usahanya juga semakin berkembang. Sekarang Pintya Dwani sudah memiliki karyawan sebanyak 6 orang pengrajin. Nggak hanya itu, nih, Batik Pratesthi juga telah mendapat binaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Berkat kesuksesan yang diraihnya, saat ini ia akan menambah dua pengrajin lagi.
Bukan hanya pengrajin, Pintya Dwani juga berencana akan menambahkan motif ecoprint dengan jenis produk baru seperti sajadah dan dompet. Ia berharap produksi batik motif ecoprint dari usahanya bisa mendongkrak hingga 30% dari saat ini yang baru 80 lembar kain setiap bulan.
Berbicara mengenai pemasaran, dirinya mengaku memanfaatkan dua jalur, yaitu online dan offline. Pertama jalur offline, dirinya sudah mempunyai toko pemasok Batik Pratesthi yang berlokasi di Semarang, Salatiga, dan Jakarta. Sementara itu untuk jalur online, ia memasarkan produk melalui media sosial dan marketplace. Selain itu, ia juga berharap usahanya bisa menjadi tempat wisata edukasi.
Nah, ini dia salah satu model batik lagi yang mulai memasuki pasar global. Semakin bangga dengan busana Indonesia, terutama batik ecoprint. Semoga ke depannya semakin banyak lagi produk Indonesia yang mendunia.