Yayasan Edu Farmers International menggelar gathering dan talkshow yang membahas tentang keresahan dunia terhadap ketersediaan pangan, termasuk Indonesia, dengan mengusung tema Ketahanan Pangan Demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat dan Petani, pada Rabu, (28/9/2022). Acara ini bertujuan untuk mengajak masyarakat mengenal lebih dekat ketahanan pangan Indonesia sebagai solusi ketersediaan pangan.
Kalau diperhatikan belakangan ini ketersediaaan bahan pangan menjadi isu penting yang kerap dibahas oleh beberapa negara. Sebenarnya ada tiga penyebab ancaman terhadap ketahanan pangan, yakni perubahan iklim, pandemi COVID-19, dan geopolitik.
Berdasarkan Data Global Food Security Index (GFSI) menunjukkan di 2021 ketahanan pangan Indonesia dikatakan sempat melemah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni hanya memperoleh level 59,2 sedangkan pada 2020 berada level 61,4. Karena indeks ketahanan pangan Indonesia menurun, menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 113 negara selama tahun 2021.
Sementara di tahun 2022 ini Data Global Food Security Index (GFSI) menunjukkan ketahanan pangan Indonesia telah meningkat. Ada 4 komponen yang membuat indeks pangan meningkat. Paling tingginya di komponen keterjangkauan pangan dengan skor 74,9.
“Ketahanan pangan Indonesia di tahun 2022 telah meningkat. Jika diperhatikan keempat komponen yang buat meningkat berubah hijau semua. Artinya daya beli masyarakat relatif baik,” jelas Anang Nugroho selaku Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas RI, Anang Nugroho saat ditanyai tentang indeks ketahanan pangan.
Dalam sesi berbincang-bincang tersebut, Anang Nugroho menjelaskan ke depannya diperlukan komoditas pangan yang lebih beragam. Terutama komoditas serealia yang meliputi padi-padian, sorgum, dan berbagai jenis gandum serupa seperti sorgum.
“Masih coba kita cari, cuma masih fokus pada sorgum. Sebab, sorgum sendiri kan juga masih merintis,” ucapnya.
Selain itu, salah satu bentuk upaya pemerintah demi menjaga pangan adalah dengan melakukan screen house. FYI, screen house merupakan bangunan yang berfungsi untuk melindungi pertanian dari hama, penyakit dan terpaan angin yang berlebih. Bukan hanya itu saja, menurut Anang punya sistem rantai dingin (cold storage) juga penting untuk buah dan sayur agar tetap menjaga temperatur pangan.
“Jadi antar poin to poin baik itu permanen maupun mobil pendingin pangan saya pikir kita butuh. InsyaAllah yang akan melaksanankan Badan Pangan Nasional,” imbuhnya.
Ia menambahkan, kawasan Indonesia bagian timur seperti Papua masih perlu diperhatikan khusus guna memperkuat pangan daerah. Sebab, secara geografis wilayah tersebut masih penuh pegunungan yang membuat distribusi pangan menjadi tantangan tersendiri.
“Memang kita masih harus memberikan banyak perhatian pada kawan di Indonesia Timur. Bagaimana dengan semua masyarakat dan pemerintah bersama-sama kita bisa meningkatkan ketahanan pangan di sana,” ujarnya.
Selain itu, saat ditanyai mengenai seberapa kekuatan pangan di Tanah Air, Anang menjelaskan kalau sejauh ini dari ketersediaan sudah mencukupi. Hanya tinggal meningkatkan sistem distribusi, logistik, dan literasi pangan.
Di sisi lain, Michelle Arsjad selaku VP of Growth and Marketing Segari berpendapat ketahanan pangan berpengaruh pada rantai pasok. Selaku pihak swasta, dirinya ingin seluruh sourcing sayur dan buah berasal dari petani lokal.
“Ke depannya kalau bisa 100% dari petani lokal. Meskipun tidak semua tanaman bisa ditanam di Indonesia, tetapi sebaiknya mau dari petani lokal,” ujarnya.
Hal ini dilakukan untuk mendukung petani lokal sekitar untuk terus bergerak guna mendukung ketahanan pangan Indonesia. Kalau petani lokal terafiliasi dengan penyedia layanan, tentu hasil panennya bakal terdistribusi dengan baik. Apalagi kalau dari tangan pertama petani lokal, Sob!
Sementara itu, COO Edufarmers Amri Ilmma turut menyampaikan bahwa ketahanan pangan berkaitan dengan sistem produksi pangan. Menurutnya, menjaga pangan penting dilakukan untuk menghasilkan para petani serta peternak yang produktivitasnya lebih banyak dan maksimal. Tugas Indonesia saat ini adalah memikirkan metode terbaik untuk menghasilkan petani serta peternak dengan mutu baik dan produktivitas ciamik.
Sob, pemerintah serta berbagai pihak swasta sudah menggencarkan perihal ketahanan pangan Indonesia, nih. Apakah Sobat SJ tertarik untuk bercocok tanam di rumah, salah satunya mungkin menggunakan metode urban farming. Siapa tahu bakal jadi lapangan usaha baru, loh.