Sejauh ini Indonesia diketahui masih menggunakan teknik menamam padi dengan mengandalkan tenaga manusia yang terkadang memiliki hasil kurang maksimal. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ciptakan sebuah terobosan baru, yakni menanam padi menggunakan mesin otomatis.
Tim Abmas berusaha menggabungkan sistem penanaman padi jajar legowo dengan pengembangan mesin penanam padi (transplanter) otomatis.

Dengan adanya mesin penanam padi otomatis ini, petani diharapkan bisa menanam padi dengan sistem jajar legowo 2:1. Di mana sistem tersebut berfokus pada peningkatan hasil produksi padi dengan memberikan efek tanaman pinggir.
“Kalau menanam padi itu, yang pinggir pasti akan banyak padinya. Karena sirkulasi udara dan intensitas cahaya mataharinya bagus,” terang Liza yang juga merupakan dosen Departemen Teknik Mesin Industri.
Berdasarkan hasil ujicoba dengan sistem jajar legowo 2:1, hasilnya pun membuktikan dapat meningkatkan panen padi sebesar 40 persen. Dari seperempat hektar luas yang ditanami oleh padi mampu bertambah sebanyak tiga hingga empat kuintal.
Kehadiran alat tersebut bisa membuktikan untuk mengurangi jumlah hama tikus, pembuangan gulma, pemberian pupuk, dan perawatan yang mudah.
Dengan menggunakan jajar legowo 2:1 tanaman jadi lebih teratur sehingga membuat tikus jarang menyambangi padi dan perawatannya yang mudah.
Yang membedakan transplanter lainnya dengan yang dikembangkan oleh tim dari ITS, yaitu berada pada dimensi. Diketahui transplanter yang ada di pasaran sejauh ini memiliki dimensi yang besar, dan sistem penanamannya masih menggunakan jajar legowo 4:1. Sehingga kerap kali suit menjangkau sawah yang berada di daerah lereng gunung.
Sementara itu, mesin menanam padi transplanter yang diciptakan oleh tim dari ITS sejak 2020 ini memiliki dimensi yang lebih kecil. Maka akan mudah melewati sawah-sawah yang berliku-liku. Dengan memiliki dimensi yang kecil juga dapat membuat mesin jadi tidak mudah amblas saat digunakan di sawah yang becek.
Saat ini teknologi tersebut masih dalam tahap pengembangan agar dapat dioperasikan secara otomatis dengan menggunakan pengendali jarak jauh (microcontroller). Dengan menggunakan cara microcontroller, petani pun diharapkan bisa menanam padi sendiri lebih mudah lagi.