Museum Sains NEO di Amsterdam, Belanda baru-baru ini memamerkan sebuah bakso yang berasal dari DNA gajah purba atau Mammoth pada Senin (25/3/2023).
Tentu saja, ukuran bakso Mammoth tersebut tidak seperti bakso pada umumnya, yakni berukuran dua kali volume bola tenis. Mengenai pembuatnya, diketahui adalah perusahaan pembudidaya daging asal Australia bernama Vow yang mampu menciptakan daging hasil budidaya berbasis DNA Mammoth tersebut.
Mengutip The Sydney Morning Herald, cara perusahaan menghasilkan bakso ber-DNA Mammoth yakni menggunakan informasi genetik Mammoth yang tersedia untuk umum dan mengisi bagian-bagian yang hilang dengan data genetik dari keluarga terdekat, yaitu gajah Afrika. Setelah itu, Vow memasukkan data genetik tersebut ke dalam sel domba.
Ketika sel-sel genetik yang disimpan pada kondisi tepat di laboratorium tumbuh, kemudian sel-sel tersebut digulung hingga menjadi bakso. Gen tunggal atau mioglobin dari Mammoth sendiri disebut berperan penting dalam produksi bakso Mammoth.
“Dalam hal daging, mioglobin bertanggung jawab atas aroma, warna, dan rasa,” jelas Ilmuwan Vow James Ryall seperti dikutip Kompas, pada Rabu (29/3/2023).
Sedikit informasi saja, bakso Mammoth tidak direncanakan untuk diproduksi secara komersial. Peluncuran di Amsterdam beberapa waktu lalu ditujukan hanya untuk lebih memicu diskusi publik tentang masa depan daging budidaya.
“Kami ingin agar orang-orang bersemangat tentang masa depan pangan yang berbeda dengan apa yang ada selama ini. Bahwa ada beberapa hal unik dan lebih baik dari daging-daging yang kita konsumsi selama ini,” ujar pendiri Vow, Tim Noakesmith.
Selain itu, salah satu ilmuwan dari Australian Institute of Bioengineering, Ernst Wolvetang yang tergabung dalam proyek tersebut menjelaskan, jika untuk mengkonsumsi bakso Mammoth perlu diuji coba dulu. Saat ini, bakso yang memiliki protein terbaik di dunia tersebut tidak bisa dikonsumsi.
“Untuk sekarang, saya tidak akan menyantapnya karena kita tidak pernah menjumpai protein semacam ini selama 4,000 tahun. Namun, setelah uji coba yang aman, saya penasaran bagaimana cita rasanya,” pungkas Ernst Wolvetang.