Belakangan ini terjadi perubahan iklim yang ekstrem. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh emisi dari gas rumah kaca yang meningkat dan menyebabkan panas menjadi terperangkap. Akibatnya sangat berpengaruh pada lingkungan seperti gletser dan lapisan es mencair, sungai dan danau es laut pecah lebih awal dan masih banyak lagi.
Namun, tahukah Sobat ternyata ada dampak lebih berbahaya yang disebabkan oleh perubahan iklim dari yang telah disebutkan tadi, yaitu munculnya gelombang panas di dasar laut.
Dampak berbahaya yang mengancam dasar lautan ini ditemukan oleh para ilmuwan fisika di NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Amerika Serikat. Dalam hal ini mereka menunjukkan bahwa ada gelombang panas yang menghantam dasar lautan Bumi.
Para ilmuwan ini mengatakan gelombang panas yang menerjang dasar laut bisa menjadi masalah besar. Sebab “gelombang panas dasar lautan berpotensi bertahan lebih lama daripada gelombang panas yang terjadi di daratan.
Dalam jurnal Nature Communications berjudul Bottom Marine Heatwaves Along the Continental Shelves of North America menyebutkan gelombang panas di dasar lautan bumi terjadi karena adanya perubahan iklim.
“Ini fenomena global. Kami melihat gelombang panas laut terjadi di sekitar Australia dan di tempat-tempat seperti laut Mediterania dan Tasmania. Ini bukan sesuatu yang unik di Amerika Utara,” ujar Dillon Amaya selaku peneliti di Laboratorium Ilmu Fisika NOAA sebagaimana dikutip Live Science via Greeners.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, dampak terburuknya gelombang panas ini bisa bertahan lebih lama dan senantiasa mengganggu keberlanjutan spesies di dalam dan sekitarnya. Khususnya pada biota laut seperti lobster dan ikan kod.
Adanya lonjakan suhu air permukaan laut juga bisa merusak ekosistem, loh. Misal pada 2013 hingga 2016 pernah terjadi perairan permukaan Samudera Pasifik di sepanjang garis pantai Amerika Utara yang menghangat. Akibat dari ini menyebabkan kematian satu juta burung laut. Hal ini terjadi karena sumber pangan mereka (ikan) telah mati.
Dikutip dari laman National Geographic Indonesia, air laut juga menyerap sekitar 90% kelebihan panas. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh pemanasan global yang diakibatkan dari perubahan iklim. Bahkan menurut NASA selama 100 tahun terakhir suhu di lautan alami peningkatan sekitar 1,8 derajat Fahrenheit (1 derajat Celcius).
Para peneliti mengatakan kenaikan suhu di lautan menghasilkan peningkatan 50% gelombang panas dari permukaan laut selama dekade terakhir. Namun, tak ada gambaran jelas perihal kedalaman lautan yang mampu merespons kelonjakan suhu di permukaan.
Alhasil untuk mengetahui hal tersebut para ilmuwan meneliti dengan menggunakan pengukuran sebagai simulasi kondisi atmosfer dan arus laut demi “mengisi kekosongan” ekosistem dasar laut yang sulit diakses.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa perubahan suhu air laut terjadi bersamaan dengan permukaan pada lokasi yang sama. Umumnya perubahan suhu paling banyak terjadi di area dangkal. Di mana menurut penelitian kawasan ini punya air dari tingkat yang berbeda.
Nah, maka dari itu setelah penelitian ini para ilmuwan langsung bisa memiliki hipotesis guna memprediksi kapan dan di mana gelombang panas dasar laut diperkirakan akan terjadi.
“Salah satu penggerak dinamis dapat berupa perubahan arus laut. Misalnya di Pantai Timur AS, sistem pesisir didominasi oleh aliran teluk, yang merupakan arut air hangat, dan variabilitasnya benar-benar dapat mengubah suhu dasar air,” kata Amaya.
Adapun faktor potensial lainnya bisa dipengaruhi oleh upwelling, atau air yang menaik dari permukaan lebih dingin ke atas kolam.
“Misalnya di sepanjang Pantai Barat AS ada banyak air dingin dan kaya nutrisi yang berasal dari kedalaman dan dapat di sepanjang landas kontinen,” ujarnya.
Setiap laju upwelling bisa dilihat sebagai tanda perubahan suhu di bawah permukaan di sepanjang landasan kontinen.