Eropa Tetapkan Aluminium Sebagai Bahan Baku Kritis

Eropa masih ketergantungan impor logam dari negara-negara lain.

bahan baku kritis

Ingot aluminium. (Foto: istockphoto.com/Javier Ruiz)

Ternyata nggak hanya Indonesia yang menentukan mineral kritis untuk dilindungi. Uni Eropa baru-baru ini juga memasukkan aluminium ke daftar logam mineral atau bahan baku kritis dalam Undang-undang Bahan Baku Kritis atau Critical Raw Materials Act (CRMA).

Undang-undang Bahan Baku Kritis merupakan inti dari strategi untuk memastikan Uni Eropa memiliki ketersediaan bahan baku yang diperlukan untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan Cina dalam perlombaan global untuk dekarbonisasi.

Sebagai logam nomor dua yang paling banyak digunakan industri saat ini, Uni Eropa memandang aluminium perlu dikategorikan sebagai bahan baku kritis. Aluminium berperan penting memenuhi pengembangan teknologi dan peningkatan ekonomi Uni Eropa.

Selain itu, aluminium sudah lama diidentifikasi oleh Bank Dunia sebagai logam bernilai tinggi dalam semua teknologi, termasuk dalam industri energi hijau terbarukan untuk mendukung tujuan perubahan iklim.

Yup, selain karena potensi aluminium yang masih terus produktif hingga beberapa tahun mendatang, memasukkan aluminium ke daftar bahan baku kritis dan mengesahkan Undang-undang CRMA akan membantu Uni Eropa memenuhi tujuan iklim 2030.

Terlebih di era pengembangan kendaraan listrik yang dinilai niremisi, aluminium jadi salah satu komponen bahan baku mobil listrik. Aluminium dipilih karena sifat bobotnya lebih ringan dan bisa diaplikasikan ke mobil listrik.

Lebih lanjut, pasar aluminium diperkirakan juga akan terus meningkat hingga 2030 mendatang seiring dengan laju transisi energi. International Aluminium Institute (IAI) memprediksi, permintaan aluminium global melonjak hampir 40% hingga 119,5 juta metrik pada 2030.

Sementara untuk konsumsi aluminium di Eropa, tercatat rata-rata 5,0 juta metrik ton per tahun selama periode 2016–2020. Saat ini Eropa masih ketergantungan impor bauksit dari beberapa sumber, terutama dari Guinea (70%), Brasil (14%), dan Sierra Leone (10%). Sementara untuk aluminium primer, sebelumnya negara-negara Eropa banyak bergantung ke Rusia (33%), Mozambik (17%), dan Islandia (14%).

Namun, invasi Rusia terhadap Ukraina pada awal Februari 2022 membuat meningkatnya ketegangan antara Uni Eropa dan Rusia. Akibatnya, Rusia memberlakukan bea masuk atas impor logam, termasuk aluminium dari Rusia.

Exit mobile version