Industri makanan dan minuman (mamin) terbilang sukses menerapkan upaya hilirisasi. Namun, ternyata masih ada satu catatan yang kurang sedap. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, hingga kini mayoritas bahan baku industri mamin masih dipasok dengan cara impor.
Lebih rincinya, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, sekitar 60-65 persen bahan baku yang digunakan industri mamin, baik skala besar maupun kecil, diimpor dari sejumlah negara ke Indonesia. Lalu apa solusi dari Kemenperin, ya?
Juli menilai, sebenarnya kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh sektor hulu alias sektor pertanian untuk mengisi kebutuhan bahan baku industri mamin Tanah Air.
“Dari sisi on farm, suplai bahan baku ini perlu kita dorong dalam bentuk korporasi (petani) karena pertanian masih sangat kecil sekali,” kata Putu.
Bahan Baku yang Masih Diimpor
Ketua Bagian Kebijakan Publik Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (GAPMMI) Rachmat Hidayat menyebutkan beberapa bahan baku yang masih diimpor. Salah satunya produsen susu yang melakukan impor hingga 78 persen dan memakai bahan baku lokal 22 persen. Masih sedikitnya bahan baku susu segar dari Indonesia karena wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjangkiti banyak hewan ternak dalam negeri.
Selain itu, gandum sebagai bahan baku tepung terigu masih diimpor 100 persen dari luar negeri. Bahan baku kakao untuk pembuatan cokelat juga masih diimpor karena penurunan produksi hingga 60 persen.
“Industrialisasi kakao mungkin 100 persen lebih meningkat 10 tahun terakhir, tapi kapasitas produksi kakao dalam negeri turun 60 persen,” ujar Rachmat.
Lebih lanjut, deretan pangan lain bahan baku industri mamin dan masih diimpor adalah jagung sebanyak 50 persen kebutuhan, kedelai (70 persen), dan garam (60 persen).
Ke depannya, pemerintah akan terus berupaya mengembangkan potensi-potensi dari pangan lokal seperti tepung sagu, mokaf, hingga sorgum untuk menjadi pengganti bahan baku yang masih diimpor, “Jadi intinya ini harus didukung oleh hulu pertanian, perkebunan, dan peternakan,” kata Rachmat.
Semoga permasalahan kekurangan bahan baku dalam negeri bisa teratasi, ya, Sob. Karena sejak Covid-19 mereda, permintaan domestik untuk produk mamin melonjak hingga 16 persen dan permintaan ekspor produk makanan dan minuman juga melonjak hingga 22 persen.