Dalam rangka mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang tidak ramah lingkungan, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menghapus bahan bakar minyak jenis Pertalite.
Ya, bahan bakar minyak Ron 90 atau Pertalite akan dihapus penjualannya, sehingga masyarakat beralih menggunakan bensin yang lebih ramah lingkungan, yakni Pertamax. Kita ketahui bersama, mengenai harga, bensin Pertamax lebih tinggi daripada harga Pertalite.
“Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax,” jelas Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Soerjaningsih melalui siaran pers pada Kamis (23/12/2021).
Rencana penghapusan Pertalite ini, tentunya banyak membuat masyarakat terkejut. Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, penghapusan bensin Pertalite akan menjadi dilematis tersendiri.
Pasalnya akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi, di mana bensin yang dihadirkan sejak 2015 ini berfungsi sebagai alternatif peralihan penggunaan dari bensin Premium. Bukan hanya itu saja, Porsi Pertalite masih besar penggunaannya, yakni sebesar 54 persen.
“Bukan hanya menjadi strategi mengurangi Premium, tapi juga alternative karena harga jual relatif lebih terjangkau, di atas Premium di bawah Pertamax. Porsi untuk Pertalite ini kan juga masih besar 54%,” ujar Abra seperti dikutip CNBC pada Jum’at (24/12/2021).
Pada November 2021, tercatat harga Pertalite untuk wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat masih dipatok dengan harga Rp7.650 per liter. Begitupun dengan Pertamax, di kisaran Rp9.000 per liter.
Efek dari penghapusan Pertalite juga akan berimbas besar ke psikologis masyarakat dan akan memicu kepanikan. Hal tersebut yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah harus memiliki persiapan seperti roadmap serta komunikasi yang baik kepada masyarakat dari jauh-jauh hari, sebelum penetapan penghapusan Pertalite dilaksanakan.