Umat Islam di seluruh dunia, pada Kamis (23/3/2023) dipastikan akan melakukan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Di Indonesia sendiri, untuk menyambut bulan suci Ramadan, terdapat beberapa tradisi yang menarik, salah satunya tradisi acara assuro maca yang biasa digelar di sejumlah daerah di Makassar, Sulawesi Selatan.
Gelaran assuro maca sendiri dalam istilah Makassar berarti meminta doa-doa terutama untuk orang-orang yang telah meninggal. Maksud dari kegiatan ini yaitu untuk meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala memaafkan dosa-dosa orang yang telah meninggal.
Pada tradisi ini pula, biasanya terdapat beberapa jenis makanan, dupa yang dibakar dan ditaruh di sampung makanan yang telah disediakan dengan beberapa batang lilin berwarna merah.
Usai prosesi kegiatan assuro maca, biasanya keluarga atau pemilik rumah yang menggelar acara akan memanggil tetangga untuk makan bersama atau mengantar makanan yang telah disediakan tersebut ke rumah tetangga maupun kerabat.
Waktu Pelaksanaan Assuro Maca
Mengutip dari berbagai blog Sobat SJ di Makassar, tradisi ini biasanya sering dilakukan seminggu sebelum memasuki puasa. Adapun makanan-makanan yang biasa disajikan dalam tradisi assuro maca antara lain unti te’ne atau pisang raja, nasi, ikan, ayam hingga sayur-sayuran.
Simbol di tiap sajian tradisi ini sendiri memiliki arti, seperti pisang yang disajikan di depan pemuka agama (ustadz) merupakan simbol kehidupan yang manis. Diharapkan pemilik rumah (penyelenggara) dapat hidup harmonis dengan tetangga serta keluarga besar.
Dupa, disimbolkan sebagai aroma harum yang dipercaya bisa membuat keluarga (penyelenggara) selalu baik namanya dan perbuatannya di lingkungan masyarakat.
Lalu, apakah tradisi ini menurut pemuka agama merupakan kegiatan yang dilarang?
Mengutip Makassar Today, salah satu ustadz bernama Haris asal Makassar menjelaskan jika tradisi assuro maca sebenarnya hanyalah simbol rasa syukur. Esensi dari tradisi ini adalah meminta doa kepada Yang Maha Kuasa sebagai permintaan rezeki, tolak bala, dan silaturahmi.
“Sebenarnya tradisi begini adalah simbol ji. Yang intinya itu kita berdoa dan bersyukur atas rezeki yang diperoleh. Dan untuk berdoa menolak bala dan mendoakan para leluhur serta menjalin silaturahmi dengan masyarakat sekitar,” ujar Ustadz Haris seperti dikutip Makassar Today.
Diharapkan, tradisi ini akan terus ada untuk menjaga kelestarian budaya di Sulawesi Selatan khususnya di wilayah Makassar. Kalau di daerah Sobat SJ sendiri, tradisi unik apa yang biasa dilakukan untuk menyambut bulan Ramadan?